
Oke,…apapun alasannya itu bukan masalah. Yang jelas kami
sekarang di sini. Di semester “pangais bungsu” dimana kami mendapat tempaan
yang lain dari biasanya. Kalau kemaren-kemaren kami dituntut untuk bisa bicara
di depan public, sekarang kami dituntut untuk bisa jadi guru, belajar ngajar di
kelas dan juga belajar menjadi tour guide yang baik. Meski hasilnya masih jauh
dari harapan, tapi paling tidak kami sudah berusaha untuk memberikan yang
terbaik. Diantara sisa-sisa kepenatan kerja 5 hari dalam seminggu, kami masih
sempat menyiapkan bahan-bahan tugas kuliah di akhir pekan. Alhamdulillah saja.
Seperti Hari ini, Sabtu, 30 November 2013. Ini bukan pekan
pertama kami tampil sebagai pengajar di depan kelas. Memang bukan hal yang aneh
lagi, apalagi melihat penampilan teman-temanku yang bekerja sebagai guru,
mereka sudah luwes dan tidak perlu diragukan lagi kemampuannya dalam hal ajar-
mengajar. Seperti diantaranya, Andini, Khaerunnisa, Bagus, Siska, dan satu lagi
Pak Budi, seorang PNS yang berpropesi sebagai guru bahasa inggris di sebuah SMP
di Tangerang. Yaah….inilah dia penampilan guru senior kita, sekian lama
ditunggu-tunggu, baru kali ini dia tampil….kira-kira bagaimana yah
penampilannya mengajar kita di depan kelas? Tentunya aku pengin tahu dong,
bagaimana sih cara seorang guru SMP kota besar mengajar? Koq bisa ya….hasil
Ujian Nasional anak-anak kota cakep-cakep. Tidak seperti hasil ujian
sekolah-sekolah kampung di jamanku, untuk dapat nilai 7 saja rasanya sulit
banget. Di sini, aku lihat anaknya tukang bubur saja nilainya hampir 8 dan 9
semua ketika pelulusan. Koq pinter amat…memang cara ngajarnya gimana sih?
Ini dia gaya mengajar Pak Budi!...setelah penampilan Selvy dan Andini, giliran Pak Budi yang
tampil. Dengan gaya yang luwes dan suara yang serak-serak basah ala Cakra Khan,
dia mengawali pelajaran speakingnya yang mengambil tema,”HOW TO ENCOURAGE
PEOPLE”. Sebuah tema yang bagus, yang ternyata bukan hanya sekedar tema,
melainkan juga menginspirasi kita semua. Seorang guru bahasa Inggris SMP berdiri
mengajar di depan kelas mahasiswa sastra Inggris yang berlomba-lomba memakai
bahasa inggris as perfect as they can. But, what did he do in front of our
class? Dia mengajar apa adanya, gelar guru bahasa inggrisnya tidak membuat dia
FULL dan FASIH dalam berbahasa inggris, melainkan dia malah memakai banyak
bahasa Indonesia dalam menjelaskan pelajaran Bahasa Inggrisnya. Menurut dia, dia tidak akan
mengajar banyak-banyak jika ternyata muridnya pun tidak mengerti akan apa yang
dia ajarkan. Untuk apa mengajar banyak, tapi ajarannya tidak ada yang dipahami
oleh murid. Kelas bubar, ilmunya pun bubar! Biarpun dia memberi sedikit ilmu,
tapi YANG TERPENTING pelajarannya mudah dipahami dan dipakai, bisa dipraktekkan
dalam keseharian kita. Itu yang disebut
ilmu yang bermanfaat. Bukan ilmu yang dijejal-jejalkan dengan paksa, kemudian
dimuntahkan. Ibarat menulis diatas air, percuma saja tidak akan ada bekasnya. Memang
kalau dipikir-pikir, bener juga ya!...
Kelaspun dipenuhi dengan gelak tawa, ketika diakhir
pelajaran Pak Budi meminta 2 pasang volunteer untuk mempraktekkan “HOW TO ENCOURAGE
PEOPLE” di depan kelas. Pasalnya, dialog dalam drama dadakan yang tidak
dipersiapkan sebelumnya itu tidak nyambung , jadi kayak nonton OVJ deeh…..
Pasangan pertama, Hafidz dan Siska dengan tema “dipecat dari pekerjaan”, dan
pasangan kedua, Dini dan Toyo dengan tema “diputusin pacar”. Pokonya seru deh! Naaah…now, it’s your turn!
How to encourage them in those situation?
No comments:
Post a Comment