Sunday, December 1, 2013

It’s Your Turn, Pak Budi!

UTS semester 7 sudah kelar. Ada sedikit rasa lega ketika menghitung sisa SKS yang tinggal beberapa. Artinya beban tuition fee dan beban mikirin tugas juga berkurang. Meski ternyata tugas membuat skripsipun menanti di depan mata, tapi itu bukanlah beban melainkan penyemangat diri karena pintu kelulusan pun menanti di belakangnya. Pintu yang ditunggu-tunggu oleh setiap mahasiswa, dimana kita akan mendapatkan gelar kebanggaan “sarjana sastra”. Meski ku akui, aku sendiri kurang paham dengan gelar tersebut, karena ku akui, begitu juga dengan teman-temanku, masuk jurusan sastra inggris bukanlah lahir dari panggilan hati, melainkan karena kami butuh tempat untuk mengembangkan diri dan wawasan dengan mengenyam pendidikan hingga meraih gelar yang kami impikan, bersama kampus yang dekat dengan tempat tinggal kami pada saat itu, dengan biaya kuliahnya terjangkau tentunya.

Oke,…apapun alasannya itu bukan masalah. Yang jelas kami sekarang di sini. Di semester “pangais bungsu” dimana kami mendapat tempaan yang lain dari biasanya. Kalau kemaren-kemaren kami dituntut untuk bisa bicara di depan public, sekarang kami dituntut untuk bisa jadi guru, belajar ngajar di kelas dan juga belajar menjadi tour guide yang baik. Meski hasilnya masih jauh dari harapan, tapi paling tidak kami sudah berusaha untuk memberikan yang terbaik. Diantara sisa-sisa kepenatan kerja 5 hari dalam seminggu, kami masih sempat menyiapkan bahan-bahan tugas kuliah di akhir pekan. Alhamdulillah saja.

Seperti Hari ini, Sabtu, 30 November 2013. Ini bukan pekan pertama kami tampil sebagai pengajar di depan kelas. Memang bukan hal yang aneh lagi, apalagi melihat penampilan teman-temanku yang bekerja sebagai guru, mereka sudah luwes dan tidak perlu diragukan lagi kemampuannya dalam hal ajar- mengajar. Seperti diantaranya, Andini, Khaerunnisa, Bagus, Siska, dan satu lagi Pak Budi, seorang PNS yang berpropesi sebagai guru bahasa inggris di sebuah SMP di Tangerang. Yaah….inilah dia penampilan guru senior kita, sekian lama ditunggu-tunggu, baru kali ini dia tampil….kira-kira bagaimana yah penampilannya mengajar kita di depan kelas? Tentunya aku pengin tahu dong, bagaimana sih cara seorang guru SMP kota besar mengajar? Koq bisa ya….hasil Ujian Nasional anak-anak kota cakep-cakep. Tidak seperti hasil ujian sekolah-sekolah kampung di jamanku, untuk dapat nilai 7 saja rasanya sulit banget. Di sini, aku lihat anaknya tukang bubur saja nilainya hampir 8 dan 9 semua ketika pelulusan. Koq pinter amat…memang cara ngajarnya gimana sih?

Ini dia gaya mengajar Pak Budi!...setelah penampilan  Selvy dan Andini, giliran Pak Budi yang tampil. Dengan gaya yang luwes dan suara yang serak-serak basah ala Cakra Khan, dia mengawali pelajaran speakingnya yang mengambil tema,”HOW TO ENCOURAGE PEOPLE”. Sebuah tema yang bagus, yang ternyata bukan hanya sekedar tema, melainkan juga menginspirasi kita semua. Seorang guru bahasa Inggris SMP berdiri mengajar di depan kelas mahasiswa sastra Inggris yang berlomba-lomba memakai bahasa inggris as perfect as they can. But, what did he do in front of our class? Dia mengajar apa adanya, gelar guru bahasa inggrisnya tidak membuat dia FULL dan FASIH dalam berbahasa inggris, melainkan dia malah memakai banyak bahasa Indonesia dalam menjelaskan pelajaran  Bahasa Inggrisnya. Menurut dia, dia tidak akan mengajar banyak-banyak jika ternyata muridnya pun tidak mengerti akan apa yang dia ajarkan. Untuk apa mengajar banyak, tapi ajarannya tidak ada yang dipahami oleh murid. Kelas bubar, ilmunya pun bubar! Biarpun dia memberi sedikit ilmu, tapi YANG TERPENTING pelajarannya mudah dipahami dan dipakai, bisa dipraktekkan dalam keseharian kita.  Itu yang disebut ilmu yang bermanfaat. Bukan ilmu yang dijejal-jejalkan dengan paksa, kemudian dimuntahkan. Ibarat menulis diatas air, percuma saja tidak akan ada bekasnya. Memang kalau dipikir-pikir, bener juga ya!...

Kelaspun dipenuhi dengan gelak tawa, ketika diakhir pelajaran Pak Budi meminta 2 pasang volunteer untuk mempraktekkan “HOW TO ENCOURAGE PEOPLE” di depan kelas. Pasalnya, dialog dalam drama dadakan yang tidak dipersiapkan sebelumnya itu tidak nyambung , jadi kayak nonton OVJ deeh….. Pasangan pertama, Hafidz dan Siska dengan tema “dipecat dari pekerjaan”, dan pasangan kedua, Dini dan Toyo dengan tema “diputusin pacar”.  Pokonya seru deh! Naaah…now, it’s your turn! How to encourage them in those situation?





No comments:

Post a Comment