Wednesday, February 5, 2014

KESURUPAN

Seperti biasanya, jam 8.30 pagi aku sudah sampai di tempat kerja. Pagi ini mendung, bahkan sedikit rintik hujan pun mulai turun. Sampai jam Sembilan, baru Ms Bx yang datang dan kemudian pergi lagi untuk sarapan. Mulai siang kemudian, staf kamipun bermunculan satu persatu. Ms KD, Ms SI, Ms CF, dan Ms SK, serta Ms Bx lagi yang pulang dari sarapannya.
Aku bingung, tidak ada jadwal pekerjaan penting yang harus ku selesaikan hari ini. Tapi ada beberapa pekerjaan sampingan yang kelihatannya sepele, namun belum pernah terlaksanakan, yaitu nyari jepitan di J Room, kemudian dibagikan ke setiap ruangan. Intinya, jangan sampai ada ruangan yang tidak kebagian jepitan. Jepitan? Hmm…aku mulai bingung lagi. Apa sih hubungannya dengan mengajar? Memang orang mengajar perlu jepitan ya? Kayaknya gak penting banget deh….tapi, berhubung itu perintah dari atasan, okelah aku harus segera laksanakan.
Aku pun naik ke lantai 2 menuju ke J Room. Lorong menuju ke sana nampak sepi. Tapi ku lihat ada sandal cokelat tergeletak di luar ruangan J Room. Hmm…ada orang di dalam rupanya di dalam. Akupun bergegas masuk ke ruangan yang lampunya belum dinyalakan itu. Di dalam ruangan ternyata bukan hanya 1 orang saja. Tapi ada Ms CF yang sedang tidur, dan seorang lagi yang sedang shalat Dhuha, hmm…Ms Bx rupanya, rajin sekali dia beribadah.
Akupun mulai beraksi, tengak-tengok kanan dan kiri mencari-cari barang yang ku ingini. Satu persatu aku buka box-box yang bertumpuk di lemari. Namun, aku tak kunjung menemukan barang yang ku cari kecuali malah membuat berisik ruangan. Karena takut mengganggu ketenangan yang sedang shalat dan yang sedang tidur, akupun bergegas keluar ruangan, kemudian naik ke lantai 4 menemui Ms WD dan Bu MN yang sedang mewarnai map. Sementara di seberang mereka Ms SI sibuk dengan pekerjaannya. Sambil terengah-engah akupun memberanikan diri bertanya pada Ms WD, “Ms, pernah lihat jepitan gak di J room? Aku disuruh bantu Ms SK nyari jepitan di J Room, kemudian di transfer ke seluruh ruangan, jangan sampai ada ruangan yang gak kebagian jepitan!” kataku.
“Hmm…Ms, coba cari deh di laci bawah lemari! Kayaknya disitu banyak robekan-robekan kertas, dan kalau gak salah sih…dulu aku pernah lihat ada banyak jepitan dalam satu amplop.” Jawabnya.
“Iya sih, Ms! Aku tadi sudah nyari di box-box yang ada di atas lemari, tapi belum sampai ke laci bawah. Soalnya ada yang lagi shalat dan ada yang lagi tidur di situ! Takut berisik, nanti ngganggu mereka lagi! Nanti aja deh, ku cari lagi agak siangan. “ sahutku yang kemudian ku lanjutkan dengan menanyakan input form_nya Sha, yang ternyata class schedulenya belum sempat disalin ke student registration card. Ms SI menyuruhku mencarinya di folder yang berjajar di atas rak lemari. Tapi setelah ku bolak-balik, aku tak kunjung menemui barang yang ku cari. Dan, ooh…ternyata barangnya ada di ruangan Mr WS. Akupun segera turun setelah yakin jadwal yang ku tulis sesuai dengan schedule  di input form tersebut.
Sampai di counter bawah, aku masih mondar-mandir bingung mau ngapain. Semua pekerjaan pokokku sudah selesai. Di counter sudah ada Ms SI dan Ms KD yang siap bertugas.
"Ms Lu belum datang ya?" tanyaku.
"Belum..." jawab Ms KD.
"Di sms coba, sudah sampai mana dia? Jangan-jangan dia kejebak banjir lagi!"...kataku
"Oke deh...!" kata Ms KD.
"Sudah sampai Fatmawati, Ms ! Macet katanya..."kata Ms KD.
"Ooh, ya sudah! kirain dia mau absen...."jawabku
Akhirnya aku memutuskan untuk duduk di library sambil baca-baca buku, meskipun itu cuma buku-buku anak-anak yang ceritanya sederhana-sederhana saja.
Beberapa buku kelar ku baca sudah ketika Ms BX turun tergopoh-gopoh dan bertanya, “Ms SR, hapal ayat kursi gak?”
“Hmm.. Iya, kenapa?…”tanyaku keheranan. “Tolong, dong jagain Ms CF! Tapi bacanya jangan keras-keras ya!” katanya.
“Ms  CF?...” dengan wajah heran akupun bergegas ke atas, naik ke Jolly room dimana Ms CF sedang tidur tengkurep dengan selimut krem. Hmm…biar tidurnya tambah pules dan gak ada yang ganggu kali ya,  makanya harus dijaga pake ayat kursi” pikirku. Sementara di dalam ruangan sudah ada Ms SK, Ms WD, dan Bu MN yang sedang membicarakan tentang jepitan. Aku duduk dekat  Ms CF yang sedang tidur lelap. Tanpa curiga, akupun mulai komat-kamit membacakan ayat kursi. Satu kali-dua kali- sampai berulang-ulang.
Tiba-tiba tubuh Ms CF bergetar, seperti orang kesetrum. Semakin lama semakin hebat. Ms WD dan Bu MN berteriak, “Buruan panggil Ms BX!” serunya serempak. Aku makin heran, tapi aku tak berhenti melafalkan ayat kursi, meski sesekali terhenti karena perhatianku buyar,  terpusat pada kondisi tubuh Ms CF dengan getarannya yang makin hebat. Ms BX datang menghambur, memegang tangan MS CF agar tidak meronta seraya mengucap istigfar, yang lain pun ikut mengiringi dengan bacaan-bacaan lainnya sebisa-bisa. Aku ikut memegang tubuhnya, sementara Ms WD yang sedang hamil memegang kedua kaki Ms CF. Tapi semakin lama Ms CF semakin kuat memberontak.
“Telepon Ms Lu suruh datang cepat!” teriak Ms BX mengomando yang lain. “Dia sudah dekat koq!” kataku yang tau kalau Ms KD baru saja sms dia di counter tadi.
Tak berapa lama kemudian Ms Lu datang. Setelah membuka sweater, dia pun ikut nimbrung memegangi tangan Ms CF, “Who are you? Go away…Jangan ganggu-ganggu kami!” teriaknya  seraya membaca mantra sesuai dengan keyakinannya. Ms Lu makin beraksi, gayanya persis kaya pawang mahluk halus. Akupun tak mengerti dengan apa yang dlakukannya.  
Ms CF makin berontak, bahkan kali ini dia hampir bangkit, tertawa seperti nenek-nenek sampil menengok ke belakang tepat ke arah Ms WD yang  sedang memegangi kedua kakinya, “Hehehe…..Baay….!” kata-kata  keluar dari mulut Ms CF  tidak begitu jelas dan tidak berlanjut, tapi yang ku dengar dia mau bilang “BAYI” tapi terpotong oleh suara Ms BX dan suara Ms Lu yang lebih keras memecah, “Astaghfirullaahal adziiiiim…..” seru Ms BX berkali-kali.Ms WD kontan ketakutan begitu matanya beradu pandang dengan mata Ms CF. Mata yang liar…entah mata siapa, yang jelas itu bukan lagi mata Ms CF.
“Yang sedang hamil keluar!” seru Ms BX. Ms WD pun lari keluar tanpa pikir dua kali. Bu MN pun ikut lari keluar nyari bawang putih kemudian dikepreknya.Kemudian dibawanya lagi masuk ke dalam, “bawang putih ni, olesin di kakinya!” katanya.
“Jangaan,  Sakiiit…..! Gak kuuaaat….” teriak Ms CF. Kali ini aku yang memegangi kedua kakinya sambil mengoleskan bawang putih keprekan sambil terus komat kamit. Ms CF merintih. Sementara Ms BX dan Ms Lu tak henti-hentinya membaca lafadz sebisa-bisa.
“Tolong cari hp Ms CF! Telpon si Abang sekarang suruh ke sini! “ teriak Ms BX. Aku berlari keluar dan mendapati Ms WD yang sudah sedang menelpon si Abang, pacar Ms CF.
Aku masuk lagi ke J room. Ikut komat-kamit sebisa-bisa, sambil tetap megangin kaki Ms CF.
Lama-lama tubuh Ms CF melemah. “ Astaghfirullahaladziiiim…” seru Ms BX dan Ms Lu. “Ms CF, ayo ikutin kami, kamu harus kuat Ms! Ayo, kamu bisa….kamu harus menang, ….Astaghfirullaahaladziiiim….!” Seru Ms Lu berkali-kali. Perlahan Ms CF mulai mendengar perintah dan mulai mengikuti lafadz istighfar tersebut. “as-tagh-firullaah-aal-adziiiim…. As-taghfirullaah-aa-ladziiiim…. As-tagh-firullaah-aaladziiiim….” Katanya lirih terbata-bata.
Alhamdulillaah…pikirku lega. Ms CF mulai tersadar dan membuka mata.
 “ini siapa?” tanya Ms Lu keras.
 “CF…” jawabnya lemah.
“ CF siapa?” Ms Lu bertanya lagi.
“CF yang kerja disini.”jawabnya lemah.
“itu siapa??...” tanya Ms Lu yang sambil menengok ke arah Bu MN.
“Bu MN…” jawabnya.
“Alhamdulillaah, sudah jangan ganggu lagi! Orang kami di sini cuma cari makan koq! Kami gak ganggu-ganggu! ....”kata Bu MN seolah ada yang dia ajak bicara.
“Aku gak nyangka kalau yang di atas bisa sampai turun ke bawah, jumlahnya banyak lagi” kata Ms Lu terengah-engah.
“iya, kalau bisa jangan ada yang naik ke lantai atas, terutama ibu hamil dan yang sedang ada halangan di bawah saja, jangan naik-naik!” kata Ms BX
Entah kenapa aku malah merasa ada yang aneh, punggungku merinding berkali-kali. Aku sempat berfikir, waaah jangan-jangan tuh nenek mo pindah ke aku. Naudzubillahimin dzalik daah….aku makin berkomat-kamit. Untuk menghindari keteganganku, akupun menhambur ke luar ruangan bersama Bu MN dan mendapati Ms WD dan Ms SK yang sedang sibuk bercerita sambil duduk di anak tangga.
“yang hamil dan yang lagi halangan turun ke bawah kata Ms BX, jangan naik-naik! Kalau bisa lantai atas kosongin saja” kataku. Ms WD dan kamipun kontan turun ke bawah.

Di counter kami sibuk membicarakan apa yang telah terjadi. Masing-masing wajah kami diselimuti ketegangan. Maklum, seumur-umur baru kali ini kami melihat hal yang demikian dengan mata kepala kami sendiri, selain di pertunjukan kuda lumping ataupun pencak silat yang memang sengaja memanggil roh halus.

Belum kelar kehebohan kami tiba-tiba terdengar suara gaduh dari atas.
“Miiiis….Miiiiissss!!!!.....” teriak Ms Lu.
Aku terhentak, “Ya ALLAH…ada apa lagi?? “ aku segera berlari ke lantai 2 menuju J Room.
Oh…My God! Benar saja, Ms CF kembali berontak. Entah kenapa aku seperti tergerak untuk ikut nimbrung memegangi kakinya, sembari menyambar keprekan bawang putih yang tergeletak di atas meja yang konon barang tersebut sangat ditakuti roh halus. Sembari mengoleskan bawang putih di kaki Ms CF mulutku tak henti-hentinya berkomat-kamit melafalkan ayat kursi.
Ms Lu kembali sibuk dengan mantra-mantranya, Ms BX sibuk dengan dzikir, tasbih, takbir, dan sahadatnya. Masing-masing kami sibuk memegangi Ms CF jangan sampai bangkit dan mengamuk. Lama juga Ms CF tak sadarkan diri. Aku sendiri sampai ngehang, karena sambil melihat kondisi Ms CF yang merintih sedih, aku tak focus dengan bacaanku. Banyak bacaanku yang tidak kelar, hanya berhenti di tengah-tengah, kemudian balik lagi dari awal.
Ms CF terus merintih, “panaaas….gak kuuaaaatt!...” Kami pun terus bersemangat dengan lafal kami masing-masing. Hingga akhirnya Ms CF pun terkulai lemas.
“Aduuuuh…..aku cape! Kata Ms BX, sambil menyambar botol air minumnya di atas meja. Keduanya tampak terengah-engah berkeringat.
“O ya, Miss! Tolong ambilin air minum di gelas Ms, kasih Ms CF minum dulu!” kata Ms Lu.
Ms BX bergegas keluar mengambil segelas air putih dari dispenser kemudian mengulurkannya ke Ms Lu.
“Doain dulu dong!” kata Ms Lu. Ms Bx kembali komat-kamit, kemudian dia tiup air di gelas tersebut dan diberikannya ke Ms Lu.
“Minum, ayo minum! Bismillahirrahmaanirrahiiiim….”kata Ms Lu sembari meminumkan air tersebut ke mulut Ms CF. Tapi tanpa disangka Ms CF menolak air tersebut dengan tangannya hingga airnya pun muncrat membasahi sofa yang penuh dengan tumpukan buku-buku.
“Eh, jangan bandel ya! Minum, ayo minum!” kata Ms Lu memaksa lebih keras lagi. Tanpa disangka Ms CF jadi geram, kedua tangannya terjulur hendak mencekik leher Ms Lu.
“Hi…No, No, No!!! astaghfirullaahal adziiim” teriak Ms Bx sembari memegang kedua tangan Ms CF. Kamipun ikut berteriak, “astagfirullaahaladziiim….” Dengan sekuat tenaga, Ms CF-pun kami jagal agar bisa meneguk air. Setelah berhasil kemudian Ms Lu menggunakan sisa airnya untuk memijat-mijat bagian tubuh Ms CF dari ujung tangan sampai ujung kaki, bahkan sisanya digunakan untuk menciprati daerah sekeliling seolah-olah sedang mengusir pasukan roh halus yang lain.
“Pergi sana, jangan ganggu! Pergii…!!!”kata Ms Lu.
Tubuh Ms CF kembali melunglai, nafasnya kembang kempis. Ms Lu dan Ms Bx tak henti-hentinya membisikkan istighfar dan sahadat di telinga Ms CF.
“Ayo ikutin, Ms CF!” seru Ms Lu.
“Ms CF, Ms CF harus bantu juga! Ayo dong….Ms CF bisa! Ms CF kuat! Ayo Ms, ikutin kita! Astaghfirulllaaaaaahaladziiiiiiimm……Astaghfirulllaaaaaaahaladziiiiiiim….astaghfirulllaaaaaaahaladziiiiiiim……..”
“As…tagh…gaak bisaa….!!!!” Ms CF  meratap
“BISA,… BISA MS! AYO…KAMU BISA!!! COBA LAGI!!! MS CF BISA….!!! AYO…JANGAN KALAH!!!”….Ms Lu menyemangati.
Mulut Ms CF sudah mulai merespon. Perlahan-lahan mulutnya mulai bergerak mengikuti lafad istighfar.
“As..tagh..fir..rullaaah…al.adziiim…As..tagh..fir..rullaaah..al..adziim…As..tagh..fir..rullaaaah…al….adziiim” kata Ms CF tersendat-sendat. Tubuhnya melunglai.
Tiba-tiba Ms Lu berkata, “cari mukena, suruh dia shalat! Ayo Ms…cari mukena sekarang!” aku bergegas turun ke lantai bawah mencari mukena, sementara Ms Lu dan Ms Bx memapah Ms Cf ke kamar mandi, mewudukan Ms Cf.
“Ayo Ms, wudhu dulu!”
“Enggaaaak, gak kuaaat!!” Ms CF meronta.
“Ayo, kuat! Bisa Ms…ayo!!!....”
Sesampai di kamar mandi Ms Bx menuntun Ms CF baca do’a dan berwudhu.
Dengan hebohnya kami memakaikan mukena ke badan Ms CF hingga rapi. Tapi begitu di suruh shalat, tubuh Ms CF limbung, “Engggaaaak, nggak bisaaaa….!!!” Ms Cf merengek kayak anak kecil.
“BISA…HARUS BISA!!!! AYOO MISS…..!!!!!” seru Ms Lu dan Bx menyemangati.
Akhirnya Ms Bx berdiri di belakang Ms CF sambil memegangi keseimbangan tubuhnya, seraya membimbing bacaan shalatnya. Ms CF pun mengikuti.
Begitu sampai ke tengah-tengah rakaat, Ms Bx yang kecapean pun tidak bisa focus dan lupa dengan bacaan shalatnya.
“Hehehe….” Ms CF tertawa, seolah menertawakan kami yang sudah kecapean dan mulai ngeblank.
“astaghfirullaaaahaladziiim….jangan-jangan masih ada tuh si jurig!” pikirku sembari kembali sibuk dengan lafal ayat kursiku.
Akhirnya shalat Dhuha 2 rakaat pun kelar. Ms CF nampak mulai tersadar. Mulutnya mulai komat-kamit dengan bacaan wiridnya. Alhamdulillaaahh….
Tapi kemudian Ms Bx bergumam, “Kasian banget sih….cakranya terbuka! Harusnya  tidak begini, kasian dia jadi banyak yang keluar masuk, harusnya cakranya tertutup.”
“Iya ya…bisa gak kalo kita coba tutup?” Ms Lu bertanya.
“Ayo kita coba!” Ms Bx bersemangat.
Keduanya pun mulai mengerahkan tenaga dalam. Aku yang terbengong tidak mengerti dengan apa yang mereka lakukan, hanya bisa terus melafalkan ayat kursi. Kedua tangan Ms Bx menempel dipunggung Ms CF. Ms CF pun menggeliat.
“Jangan Ms….sakiiiit! jaangaaan, aduuuh….gak kuaaat! Jangaaan….!!!” Ms CF berteriak kesakitan.
Ms Bx dan Lu terus beraksi. Sampai akhirnya…..
“Haaddooh…..gak bisa! Nyerah gua…gak bisa gua, harus ada orang yang bener-bener bisa!” Kata Ms Bx sembari menghempaskan tubuhnya ke lantai.
“hadddoooooohhh……caaappppeeeeek…..!!!!!!” desahnya sambil memejamkan mata beberapa saat.
Aku berteriak penuh khawatir, “Ms Bx, Jangan tiduuurrrr!”
“Enggaak…..gua pengin ngerokok!!!” katanya malah membanyol.
Sementara Ms CF terkulai lemas dan tertidur. Ms Lu tak henti-hentinya melafalkan mantra dan membisikkannya di telinga Ms Cf. Begitu dia merasa lelah, dia berkata,”Gantian Ms, bisikin di telinganya! Terus isi, jangan sampai kosong. Bacakan sahadat ya!” katanya.
Akupun nurut saja, ku bisikan kalimat sahadat di telinganya. Ketika tiba-tiba seorang laki-laki muda muncul di depan pintu. What? Ariel Peterpan? Ngapain dia ke sini? Aku sempat kaget. Memang sekilas tinggi badan dan mukanya mirip dengan Ariel Noah. Hehe… Rupanya dialah SI ABANG, pacar Ms CF yang langsung cabut dari tempat kerjanya begitu mendengar kabar kekasihnya sedang sakit.
Aku tetap membisikkan kalimat sahadat. Sementara Ms Bx dan Ms Lu bicara sama ABANG.
Tak lama kemudian Ms CF terbangun dari tidur. Matanya nampak seperti orang yang benar-benar kecapean.
“Ms Cf, lihat itu siapa, kenal gak?” tanya Ms Lu sambil menunjuk ke arah si Abang.
“ABANG….” suara Ms CF lirih.
“ini siapa?” tanya Ms Lu lagi sambil menunjuk ke diri sendiri.
“Ms Lu”
“ini…???”
“Ms Bx”
Aku tersenyum lega. Mudah-mudahan kali ini Ms CF benar-benar sadar.
“CF, Lihat aku!! Tatap mataku…”kata si Abang.
Tapi Ms Cf tak merespon malah bilang, “pengin pipiiiss…”
“Enggak, lihat dulu si Abang!” kata Ms Lu.
“Nantii, aku pengin pipiiis…nanti keburu pipis disini ni….!!!”
“aaah bohong…!!”Ms Lu tak percaya.
Si Abang ngomong dengan Bahasa Aceh, entah apa maksudnya. Tapi tetap Ms Cf bilang nanti dulu, dia kebelet pipis. Ms Bx dan Lu mencopot mukena yang dipakai Ms Cf kemudian memapahnya ke kamar mandi.
Selepas dari kamar mandi, Ms CF turun ke bawah, matanya nampak masih kuyu, redup seperti belum sepenuhnya ON. Dia duduk di library. Entah apa yang Abang dan Ms CF omongkan dengan bahasa Acehnya. Yang jelas ketika aku mendekat Ms Cf bilang, “Ms SR, aku lapaar….aku mau rotiii…!!” Rengeknya seperti anak kecil.
Bergegas ku ambil risol bulat yang tinggal satu-satunya sisa sarapan pagiku. “Makan ini dulu ya…sebentar aku keluar cari roti.” Kataku bergegas keluar ke Indomaret.
Ku ambil roti dan sari kacang ijo, kemudian bergegas antri di counter. Tapi sayang aku salah ambil roti. Rotinya terlalu wangi menyengat, malah membuat perut Ms CF mual, hingga dia harus menelan obat maag. Tapi untungnya sari kacang ijonya habis di sedotnya.
Setelah runding-berunding, akhirnya Ms CF dibawa pulang sama Abang untuk beristirahat di kosan.
Have a rest, Ms CF! Semoga lekas sembuh....!!!!





No comments:

Post a Comment