PANCASILA &
KEWARGANEGARAAN
PERANAN PANCASILA DALAM
MENYIKAPI ARUS GLOBALISASI
Oleh: Suarni
Semester 3
Dosen : Dra.
Fatma Yetti, M.Pd
STIBA IEC FATMAWATI
2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang senantiasa mencurahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga saya
dapat menyelesaikan makalah Pendidikan Kewarganegaraan yang berjudul, “Peranan Pancasila dalam Menyikapi Arus Globalisasi" ini.
Terima kasih saya
ucapkan kepada dosen pembimbing saya yakni Ibu Fatma Yetti, M.pd, yang telah memberikan limpahan ilmu yang berguna
pada saya, dan membantu saya dalam penyelesaian makalah ini.
Saya sadar, dengan kemampuan saya yang sangat
minim, masih banyak kekurangan
dalam penyelesaian pembuatan makalah ini. Oleh karena itu, saya mengharapkan saran dan
kritik dari berbagai pihak, demi kesempurnaan
makalah ini.
Semoga makalah ini berguna bagi adik-adik mahasiswa pada umumnya, dan
khususnya bagi para pembaca. Terima
kasih.
Jakarta, 18 Januari 2012
Penulis
DAFTAR ISI
Kata pengantar……………………………………………………………………………………................. i
Daftar Isi…………………………………………………………………………………………….................. ii
Bab I Pendahuluan
A. Latar
Belakang Masalah…………………………………………………………………….. 1
B. Rumusan Makalah………………………………………………………………………………. 2
C. Tujuan Penulisan…………………………………………………………………………………. 3
Bab II Peranan Pancasila dalam Menyikapi Arus Globalisasi
A. Pengertian Globalisasi………………………………………………………………………… 4
B. Proses Globalisasi……………………………………………………………………………….. 5
C. Pengaruh Globalisasi terhadap Seluruh Aspek-Aspek Kehidupan………… 6
D. Dampak Positif dan Negatif Globalisasi………………………………………………. 9
E. Menyikapi Dampak Globalisasi dalam Keseharian
1. Nilai Dasar Pancasila sebagai Filter Arus Global……………………………. 10
2. Posisi Bangsa Indonesia di Era Globalisasi…………………………………….. 12
Bab III Penutup
A. Simpulan……………………….………………………………………………....................... 15
B. Saran………………………………………………………………………………………………….. 15
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Apabila kita cermati situasi dan kondisi aktual pada saat ini tampak
bahwa kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara kita sedang menghadapi
suatu cobaan yang berat, yakni krisis
multidimensi di seluruh aspek kehidupan
nasional. Situasi dan kondisi tersebut disebabkan oleh globalisasi yang dapat
mempengaruhi pola pikir, pola sikap dan pola tindak masyarakat, sehingga akan
mempengaruhi kondisi mental spiritual bangsa Indonesia.
Sebagai warga
negara Indonesia yang baik yang setia kepada nusa dan bangsa, dalam menghadapi era globalisasi ini seyogianyalah kita mempelajari, menghayati,
dan mengamalkan Pancasila dalam kehidupan
sehari-hari, sebagai pandangan hidup bangsa sekaligus sebagai
dasar filsafat negara, agar negara kita tetap berdiri kokoh
dalam menghadapi berbagai macam tantangan dan rintangan.
Kita sadar, akhir-akhir
ini banyak terjadi penyelewengan nilai-nilai
Pancasila, baik di lembaga-lembaga negara maupun di masyarakat itu sendiri. Menghadapi kondisi tersebut, marilah kita kembali
menengok sejarah perjuangan Bangsa Indonesia. Pada waktu merebut dan
mempertahankan kemerdekaan, Bangsa Indonesia berjuang dengan semangat
kebangsaan yang tinggi yang dilandasi oleh
iman dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa serta sikap ikhlas
berkorban. Semangat tersebut merupakan kekuatan mental spiritual yang dapat melahirkan sikap dan prilaku yang
heroik dan patriotik sebagai modal untuk merebut kemerdekaan sehingga
melahirkan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang tercinta ini.
Dalam mengisi kemerdekaan dan mengisi
krisis multidimensi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara,
kita sebagai generasi penerus bangsa diharapkan untuk bersama-sama mengabdi dan
membela Negara kita yang tercinta ini
dengan semangat kebangsaan demi keutuhan dan tetap tegak serta jayanya Negara
Kesatuan Republik Indonesia sepanjang masa.
Oleh karena itu, penerapan Pancasila dalam
setiap aspek kehidupan berbangsa dan bernegara sangat penting dan mendasar oleh
setiap warga negara, dalam segala aspek kenegaraan dan hukum di Indonesia.
Pengamalan Pancasila yang baik akan mempermudah terwujudnya tujuan dan
cita-cita bangsa Indonesia.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka
ada beberapa pertanyaan terkait dengan peranan Pancasila dalam era globalisasi,
yaitu :
1. Apakah
globalisasi itu ?
2. Bagaimanakah proses globalisasi itu ?
3. Apakah pengaruh globalisasi terhadap aspek-aspek kehidupan ?
4. Apakah dampak dari globalisasi itu ?
5. Bagaimanakah kita menyikapi
dampak globalisasi dalam keseharian ?
C. Tujuan Penulisan
Berangkat
dari rumusan masalah tersebut, maka tujuan penulisan ini adalah :
1. Mengetahui apa
sebenarnya yang di maksud dengan
globalisasi.
2. Mengetahui bagaimana proses dari globalisasi.
3. Mengetahui pengaruh globalisasi terhadap aspek-aspek kehidupan.
4. Mengetahui dampak dari
globalisasi.
5. Mengetahui bagaimana sikap kita
menyikapi dampak globalisasi dalam
keseharian.
BAB
II
PERANAN PANCASILA DALAM MENYIKAPI ARUS
GLOBALISASI
A.
Pengertian Globalisasi
Menurut kamus bahasa Inggris Longman Dictionary of contemporary English, mengartikan
global dengan concerning the whole earth.
Maksudnya sesuatu hal yang berkaitan dengan dunia, internasional, atau seluruh
alam jagat raya. Sesuatu hal yang dimaksud disini dapat berupa masalah,
kejadian, kegiatan, atau bahkan sikap yan berpengaruh dalam kehidupan yang lebih luas.
Secara ekonomi globalisasi
merupakan proses pengintregrasian ekonomi nasional bangsa-bangsa ke dalam
sebuah sistem ekonomi global. Globalisasi setidaknya melibatkan penciptaan satu
ekonomi dunia yang tidak hanya merupakan totalitas dari perekonomian
nasionalnya, melainkan juga sebuah realitas independen yang kukuh. Aliran modal
komoditas, dan tenaga kerja berskala besar dan berjangka panjang melintasi
perbatasan negara. Dari definisi
diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa globalisasi merupakan suatu proses
pengintegrasian manusia dengan segala macam aspeknya ke dalam satu kesatuan
masyarakat yang utuh dan lebih besar.
B.
Proses Globalisasi
Di akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20
arus globalisasi semakin berkembang pesat di berbagai Negara ketika mulai ditemukan teknologi komunikasi, informasi dan
transportasi. Berkat penelitian di bidang elektromagnetik berturut-turut orang
menciptakan telegraf, telepon, radio, dan televisi. Semua ini memberikan
dimensi baru dalam hal pengendalian propaganda sehingga penguasaan dan hegemoni
tidak lagi membutuhkan kehadiran alat-alat pemaksa secara fisik. Terciptanya
teknologi komunikasi ini disusul dengan terciptanya berbagai teknologi
transportasi yang berkembang cepat. Sebagai contoh adalah kendaraan bermotor
yang mulanya beroda dua, kemudian beroda empat, dan meningkat lagi kualitas dan
daya angkutnya, seperti pesawat terbang.
Loncatan teknologi yang semakin canggih
pada pertengahan abad ke-20, yaitu internet, dan sekarang telah menjamur
telepon genggam dengan segala fasilitasnya. Fasilitas-fasilitas tersebut
semakin memudahkan pengendalian tersentral dan global. Kini transfer modal dan
segala macam transaksi tidak perlu dilakukan secara fisik, melainkan hanya
dilakukan melalui pertukaran dokumen sehingga lebih efektif dan efesien.
Bagi Indonesia, proses globalisasi telah
begitu terasa sejak awal dilakukannya pembangunan. Dengan kembalinya tenaga
ahli Indonesia yang menjalankan studinya di luar negeri dan datangnya tenaga
ahli (konsultan) dari negara asing, proses globalisasi yang berupa pemikiran
atau sistem nilai kehidupan mulai diadopsi dan dilaksanakan sesuai dengan
kondisi kehidupan di Indonesia. Sebagai contoh nyata, yaitu kebijakan program
pengendalian pertumbuhan penduduk melalui program keluarga berencana sebenarnya
mengadopsi dari pemikiran-pemikiran dari negara lain seperti konsepnya Robert
Maltus.
Globalisasi secara fisik ditandai dengan
berkembangnya kota-kota yang menjadi bagian dari jaringan kota dunia. Hal ini
dapat dilihat dari infrastruktur telekomunikasi, jaringan transportasi,
perusahaan-perusahaan berskala internasional serta cabang-cabangnya,
transaksi-transaksi antar wilayah seperti investasi, perdagangan, kerjasama
antara pasar-pasar uang serta tumbuhnya pasar-pasar tenaga kerja antarnegara
(transnasional) serta tenaga kerja dengan kemampuan khusus (profesional).
Menurut James Petras, kekuatan penggerak
globalisasi adalah negara-negara imperial pusat perusahaan multinasional dan
bank-bank dengan dukungan lembaga-lembaga keuangan internasional. Negara
menjadi motor penggerak globalisasi, alokasi sumber daya ekonomi pada
aktor-aktor global.
C.
Pengaruh Globalisasi terhadap Aspek-Aspek
Kehidupan
Era globalisasi yang
merupakan era tatanan kehidupan manusia secara global telah melibatkan seluruh
umat manusia. Secara khusus gelombang globalisasi itu memasuki tiga arena
penting di dalam kehidupan manusia, yaitu arena ekonomi, politik, dan arena
budaya. Dengan didukung dengan dua kekuatan besar, yaitu bisnis dan teknologi
sebagai tulang punggung globalisasi, ketiga arena kehidupan manusia itu telah
menempatkan manusia dengan lembaga-lembaganya dan berbagai tantangan dan
peluang.
Jika masyarakat atau bangsa
tersebut tidak siap menghadapi tantangan-tantangan global yang bersifat multi
dimensi dan tidak dapat memanfaatkan kesempatan, maka akan menjadi korban yang
tenggelam di tengah-tengah arus globlisasi. Secara ekonomis, arus pertukaran
barang, jasa, dan modal dari proses
negoisasi yang menghasilkan kesepakatan
bilateral maupun multilateral akan sangat mudah menembus batas-batas teritorial
negara, bahkan radiusnya sampai ke seluruh pelosok tanah air dengan begitu
lengangnya. Contoh nyata yaitu produk luar yang berupa makanan siap saji (fast
food), yang telah menguasai pasar dan mudah di dapatkan di sembarang tempat
sehingga anak-anak desa pun sudah mulai ketagihan merasakan enaknya makanan
tersebut dari pada makan nasi pecel dan ayam goreng ala kampung.
Ketika Negara-negara
berkembang melakukan pembagunan, mereka membutuhkan dana atau bantuan modal
yang sangat besar. Alternatif untuk mendapatkan dana tersebut dilakukan dengan
mengajukan proposal bantuan kepada lembaga dana yaitu dana moneter
internasional ( International Monetary Fund/IMF ) atau Bank Dunia (World Bank). Proses pencairannya
dengan syarat-syarat yang tentunya sangat menguntungkan mereka.
Diantaranya peralatan dan tenaga ahli
yang akan digunakan untuk pembangunan
tersebut harus berasal dari negeri yang memberi
bantuan. Alat-alat yang digunakan harus dibeli dengan mahal, biaya
perawatan yang cukup tinggi dan belum hitungan gaji tenaga ahli yang sangat besar yang rata-rata
mencapai hitungan ratusan juta. Untuk mengejar kebutuhan itu ternyata tetap
ditempuh oleh kebanyakan negara berkembang walaupun sebenarnya mereka menyadari
kehidupannya tidak semakin mandiri tetapi tetap semakin dalam ketergantungan.
Dari segi politik, gelombang
globalisasi sangat kuat yaitu gelombang demokratisasi. Sesudah perang dingin
dan rontoknya komunism, umat manusia menyadari bahwa hanya prinsip-prinsip
demokrasi yang dapat membawa manusia ke taraf kehidupan yang lebih baik. Angin
demokratisasi telah merasuk ke dalam hati rakyat di setiap negara. Mereka
melakukan gerakan sosial dengan menggugat dan melawan sistem pemerintahan
diktator atau pemerintah apapun yang tidak memihak rakyat.
Dari sisi budaya, era globalisasi ini membawa beraneka ragam
budaya yang sangat dimungkinkan mempengaruhi pola pikir, tingkah laku, sistem
nilai masyarakat suatu negara. Oleh karena itu, kita seharusnya waspada dan
pandai menyiasati pengaruh budaya silang sehingga bangsa kita dapat mengambil
nilai budaya yang positif, yaitu mengambil nilai budaya yang bermanfaat bagi
kehidupan dan pembangunan bangsa, serta tidak terjebak oleh pengaruh-pengaruh
budaya yang negatif, seperti kehidupan sex bebas, konsumerisme, bergaya hidup
mewah, narkoba dan sekulerisme. Dampak globalisasi telah membuka wawasan kita
bahwa kita harus mau memahami keberadaan budaya lebih dari satu sudut pandang.
Kita juga harus belajar memahami dunia dari perspektif yang berbeda sesuai
dengan kepentingan dan tujuan masing-masing tanpa melunturkan identitas budaya
bangsa kita. Dengan memahami perbedaan dan persamaan kebudayaan tadi akan
menimbulkan saling pengertian dan saling menghargai antar kebudayaan yang ada.
D.
Dampak Positif dan Negatif Globalisasi
Globalisasi ekonomi memungkinkan
terjadinya sinergi positif antara beberapa kelompok ekonomi dalam negeri
dengan kelompok ekonomi luar negeri. Sinergi ekonomi positif, yang berciri
multilateral ini perlu diarahkan untuk tidak mematikan kelompok-kelompok
ekonomi yang sejenis di negara yang beraliansi ekonomi secara multilateral
tersebut. Mereka akan bekerja sama meningkatkan kualitas diri agar mampu
mengikuti perkembangan-perkembangan atau dinamika sehingga dapat menghasilkan
sesuatu yang terbaik yang mempunyai daya saing yang tinggi.
Secara politis, globalisasi
dapat menumbuhkan kesadaran berdemokrasi, yaitu kesadaran hak dan kewajiban
serta kesadaran tanggungjawab dalam bernegara. Bagi bangsa Indonesia, kehidupan
berdemokrasi diharapkan terus tumbuh dan berkembang menuju ke arah yang lebih
baik. Pada masa reformasi, demokrasi telah membawa perubahan-perubahan besar
diantaranya pelaksanaan pemilihan umum legislatif dengan sistem multi partai dan
pemilihan presiden dan wakil presiden secara langsung.
Aspek negatif dari
globalisasi dapat di contohkan sebagai berikut ; dalam suatu konferensi yang
bertajuk, “Colonialism to Globalization Five Centuries after Vasco da Gama”,
yang berlangsung di New Delhi, India, Februari 1998 diungkapkan bahwa
globalisasi bukan sebuah keniscayaan
yang dapat menciptakan harapan hidup baru bagi masyarakat di belahan dunia.
Para peserta menyadari bahwa globalisasi tidak menjadi keadilan sosial dan
kesejahteraan negara manapun bagi masyarakat yang sumber daya alamnya minim dan
sumber daya manusianya rendah sehingga rakyat akan tetap miskin, baik secara
internasional maupun nasional.
Dari sudut pandang politik,
arus globalisasi telah menghembuskan banyak demokratisasi di banyak Negara
berkembang akan memunculkan sikap dan tindakan yang anarkis yang dapat memakan
banyak korban antar sesama. Walaupun kebangsaan semakin terpuruk sehingga dapat
menimbulkan disintegrasi bangsa.
Terjadinya gejala disintegrasi ini karena penguasa atau elit politik dianggap
sudah tidak dapat lagi memperhatikan nasib dan kepentingan rakyat. Sebaliknya
penguasa hanya mementingkaan diri, keluarga, dan kelompok.
E.
Menyikapi Dampak Globalisasi dalam
Keseharian
1. Nilai Dasar Pancasila sebagai Filter Arus Global
Kita
mempunyai nilai dasar yang membentengi pengaruh buruk akibat arus globalisasi.
Nilai dasar yang terkandung dalam Pancasila, merupakan nilai-nilai yang
digali dari budaya luhur bangsa.
a.
Nilai Ketuhanan yang Maha Esa, merupakan
pemahaman kepada Bangsa Indonesia untuk percaya dan taqwa terhadap Tuhan Yang
Maha Esa. Nilai ini menjadi pegangan yang teguh untuk menolak pengaruh
globalisasi yang mengarah pada sikap
atheism dan sekulerisme.
b.
Nilai kemanusiaan yang adil dan beradab,
memberikan pemahaman kepada Bangsa Indonesia untuk bersikap adil kepada sesama,
menghormati harkat martabat manusia, dan menjunjung tinggi nilai kemanusiaan.
Nilai dan sikap ini menjadi pegangan dan sikap yang kuat untuk menolak arus
globalisasi yang mengarah pada tindakan sewenang-wenang kepada sesama manusia,
menolak kolonialisme dan imperialisme dalam segala bentuknya.
c.
Nilai persatuan Indonesia, memberikan
pemahaman kepada seluruh Bangsa Indonesia untuk senantiasa menempatkan
persatuan, kesatuan, serta keselamatan bangsa dan negara di atas kepentingan
pribadi atau golongan. Nilai dan sikap ini menjadi pegangan yang kuat untuk
menolak arus globalisasi yang dapat merusak dan menghancurkan persatuan dan
kesatuan bangsa.
d.
Nilai kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan memberikan pemahaman kepada
bangsa Indonesia untuk bersikap demokratis yang dilandasi dengan tanggung
jawab. Nilai dan sikap ini menjadi pegangan yang kuat untuk menolak arus
globalisasi yang mengarah pada sikap anarki
dan pemaksaan kehendak kepada orang lain.
e.
Nilai keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia, memberikan pemahaman dan penyadaran kepada bangsa Indonesia atas hak
dan kewajibannya yang sama dalam menciptakan keadilan dan kemakmuran. Oleh
karena itu, kita harus mengembangkan sikap kekeluargaan dan kegotongroyongan
dalam kehidupan bermasyarakat. Nilai dan sikap ini memberikan pegangan dan
petunjuk bagi Bangsa Indonesia untuk menolak pengaruh globalisasi yang mengarah
pada liberalism, etatisme, monopoli, monopsoni, dan eksploitasi yang dapat
merugikan kehidupan Bangsa Indonesia.
2. Posisi Bangsa Indonesia di Era Globalisasi
Suatu
pertanyaan yang mendasar yang wajib kita paham jawabannya ialah bagaimana
posisi Bangsa Indonesia terhadap
implikasi globalisasi? Bangsa Indonesia merupakan bagian dari bangsa yang ada di dunia, sedangkan dunia ini
merupakan sistem kehidupan yang saling mempengaruhi. Sebagaimana ditegaskan
dalam Pembukaan UUD 1945 bahwa Bangsa Indonesia senantiasa menjalin kerjasama
yang positif dan saling menguntungkan dengan bangsa manapun yang saling
menguntungkan, dalam rangka mewujudkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan
keadilan sosial.
Posisi
Bangsa Indonesia yang lebih bersifat aktif, responsif, dan tidak memihak, sehingga kita dapat mengantisipasi
munculnya isu-isu global yang dapat merugikan kepentingan nasional. Beberapa
isu global aktual yang melanda dunia ini antara lain :
a. Hak Asasi Manusia
Hak Asasi Manusia merupakan hak kodrat manusia yang
bersifat universal, baik sebagai individu, warga masyarakat, warga negara,
maupun warga dunia. Mengapa HAM menjadi masalah yang global? Persoalannya
adalah munculnya pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh individu-individu,
sekelompok orang, atau pihak-pihak tertentu yang mempunyai kekuasaan sehingga
menimbulkan korban kepada orang, bangsa atau negara lain. Skala pelanggaran HAM
itu dapat terjadi secara local di kawasan tertentu, di negara tertentu, atau
bahkan di dunia.
Bangsa
Indonesia berusaha mencegah timbulnya pelanggaran-pelananggaran HAM, antara
lain dengan cara meningkatkan kesadaran warga negara untuk menghormati HAM,
mewujudkan keadilan dan kesejahteraan
masyarakat, dan mematuhi hukum yang berlaku.
b. Migrasi
Selain HAM, migrasi pun merupakan masalah global,
apakah itu bentuknya emigrasi, imigrasi, atau pengungsian. Bagi bangsa yang
didatangi tentu akan menimbulkan masalah yang bermacam-macam, seperti
memikirkan masalah keamanan, politik, ekonomi, sosial, dan budaya. Kita
senantiasa meningkatkan kewaspadaan nasional terhadap gelombang perpindahan
penduduk antarnegara yang merugikan kepentingan nasional dan mengganggu
ketahanan nasional.
c. Demokrasi
Demokrasi
dalam arti luas meliputi demokrasi politik, ekonomi, sosial, dan budaya.
Demokrasi menjadi isu global karena nilai-nilai demokrasi yang seharusnya
menghargai hak-hak rakyat dalam mengambil keputusan untuk kepentingannya
sendiri telah dirampas oleh penguasa. Pelanggaran terhadap nilai-nilai
demokrasi ini tidak hanya terdapat di negara-negara berkembang, tetapi juga di
negara-negara maju.
d. Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Alam
Lingkungan
hidup dan sumber daya alam yang tidak terjaga dapat menimbulkan masalah global.
Lingkungan hidup yang penuh polusi akan menimbulkan dampak pada menurunnya
derajat kesehatan masyarakat. Tingkat polusi sudah sangat tinggi karena sumber
daya alam yang semakin kritis akibat dari semakin banyaknya penggunaan tanpa
perhitungan.
e. Perdamaian dan Keamanan
Perdamaian
dan keamanan menjadi dambaan setiap umat manusia. Namun demikian, kenyataannya
sampai saat ini perdamaian dan keamanan masih sangat mencekam. Perang di
belahan dunia yang dipicu oleh keserakahan umat manusia telah menimbulkan
banyak korban manusia yang tidak
berdosa.
Masalah
perdamaian dan keamanan telah menjadi masalah global yang tidak mungkin
diselesaikan oleh satu negara saja walaupun negara itu merupakan negara besar.
Bangsa Indonesia sebagai bagian dari umat manusia di dunia mempunyai kewajiban
untuk ikut serta mewujudan perdamaian dan keamanan nasional, regional,
maupun internasional. Salah satu cara
yang dapat dilakukan ialah membangun kerja sama, baik bilateral maupun
multilateral.
BAB III
PENUTUP
A.
Simpulan
Globalisasi adalah suatu hal yang berpengaruh terhadap
kehidupan yang lebih luas yang berkaitan dengan dunia internasional, yang
merupakan suatu proses yang sudah ada sejak berabad-abad lamanya. Proses
globalisasi semakin cepat sejak ditemukannya teknologi informasi, komunikasi,
dan transportasi.
Politik luar negeri Republik
Indonesia adalah politik luar negeri bebas aktif, yang sejalan dengan tujuan
negara sebagaimana tercantum dalam alinea IV Pembukaan UUD 1945. Arus
globalisasi mempunyai dampak, baik dampak positif maupun dampak negatif. Kita
harus mempunyai penyaring (filter) untuk menyikapi dampak globalisasi, yakni
menjalankan hal yang positif dan menghindari hal yang negatif demi kemajuan
bangsa dan negara.
B.
Saran
Dalam menghadapi proses globalisasi yang membawa dampak positif maupun
negatif yang telah menembus ke segala penjuru dunia yang meliputi aspek-aspek
kehidupan, seperti aspek politik, ekonomi, sosial budaya, serta pertahanan dan
keamanan, marilah kita berpegang teguh terhadap nilai-nilai Pancasila,
mengambil tindakan preventif, bersikap waspada dan selektif, dengan
memilih dan menentukan alternatif yang
terbaik bagi kehidupan diri, lingkungan, masyarakat, bangsa dan negara, melalui
proses yang berhati-hati, rasional dan normatif terhadap segala macam arus
global tersebut, agar kita memiliki ketahanan nasional yang kuat.
DAFTAR PUSTAKA
Mochlisin, Kewarganegaraan, Pelajaran Kewarganegaraan untuk SMP Kelas IX,
Interplus, Jakarta, 2007
Sumarsono, S, dkk, Pendidikan Kewarganegaraan, Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta, 2005
No comments:
Post a Comment