Wednesday, June 12, 2013

Karakterisasi cerpen "Tuhan Maha Tahu, Tapi Sabarlah (God Sees The Truth, But Waits)"


God Sees The Truth, But Waits…adalah cerpen populer karya penulis  terkenal dari Rusia, Leo Tolstoy. Lagi-lagi dosen kita, Mr. Leonard  memberikan kisi-kisi UAS academy writing tentang cerpen ini. Ini menunjukkan betapa Beliau sangat terpesona dengan kepiawaian Leo Tolstoy dalam menulis  dan menyampaikan pesan moral yang mendalam  kepada pembaca cerpen  tersebut,  hingga dari beberapa semester yang lalu sampai sekarang kita tetap menggunakan 1 cerpen saja untuk ditelaah. Namun kali ini, ada satu yang membuat kita sedikit terperangah! Mr. Leo menugaskan kita untuk menyiapkan bahan-bahan untuk menulis kilasan skripsi tentang karakterisasi tokoh-tokohnya. Sehingga nanti pas UAS, kita tinggal menyalinnya dari ingatan kita, dengan cara  ditulis tangan selama 1 jam 30 menit + 30 menit perpanjangan waktu yang sukses kita tawar langsung sejak diberitahukannya kisi-kisi tersebut. Lumayan jos gandos kan? Tapi kalau dipikir lebih jauh, mungkin inilah wujud kepedulian Beliau kepada para mahasiswanya yang sebentar lagi menginjak semester 7. Beliau tidak menginginkan nantinya, mahasiswanya masih blank dan tidak tahu sama sekali bahan apa yang harus ditulis dalam skripsi mereka. Sehingga pengenalan skripsi sudah diterapkan lebih awal. Sebagus apa sih Tolstoy menulis cerpen tersebut? Ceritanya tidak sepelik novel, namun pembaca akan merasa terkesan dengan jalan ceritanya. Pesan moral yang terkandung dalam cerpen tersebut, benar-benar mantap beberapa tokoh yang perannya menonjol dalam cerpen tersebut, seperti:
1. Aksenov, pemuda tampan, periang, pandai bergaul, namun suka mabuk-mabukkan dan membuat onar, yang mendapatkan ketentraman dalam pernikahannya, hingga dia meninggalkan tabiat buruknya sesudah menikah. Ia menjadi pedagang yang sukses, namun sayang nasib buruk menimpanya, hingga harus mendekam 26 tahun dipenjara untuk kesalahan yang tidak pernah dia perbuat. Menjadi orang yang religious membuatnya tidak memilih  balas dendam pada orang yang telah membuatnya dipenjara.

2. Vanya, istri Aksenov, sebenarnya dia istri yang baik dan setia. Meski suaminya telah dipenjara, dia tetap menjenguknya dan memintakan pembebasan suaminya pada Tsar. Namun sayang usahanya sia-sia. Ini membuatnya putus asa, andai saja suaminya mau menuruti perkataannya untuk tidak pergi ke pekan raya hari itu, pasti tidak akan seperti ini kejadiannya. Keputusasaannya tertumpah dengan malah menuduh Aksenovlah memang pembunuh teman bisnisnya  yang sebenarnya. Ia tidak sadar, betapa tuduhannya justru malah menghancurkan hati suaminya. Betapa tidak? Istri yang seharusnya terus berjuang untuk kebebasannya, mendampinginya disaat-saat susah seperti itu, malah menghakiminya. Hingga Aksenov pun pasrah pada Tuhan, mungkin tinggal dipenjara adalah yang terbaik ,  apapun yang akan terjadi pada dirinya.
3. Polisi, sebagai petugas hukum yang menjalankan kewajibannya demi tegaknya kebenaran dan keadilan. Namun dalam kasus ini terlihat, betapa  ketidaktelitian polisi  telah membawa akibat yang fatal. Sayang sekali Aksenov harus menghabiskan sisa hidupnya dengan mendekam di penjara untuk kesalahan yang sama sekali tidak dia perbuat. Istri dan anak-anaknyapun terlantar entah bagaimana nasibnya.
4. Makar Seminic, seorang penjahat licik yang sering kali membunuh korban-korbannya. Dialah pembunuh teman seperjalanan Aksenov yang sebenarnya, dan melemparkan kesalahan pada Aksenov dengan menaruh pisau yang berlumuran darah di tasnya. Namun, sepandai-pandai tupai melompat akhirnya dia jatuh juga. Dia tertangkap polisi untuk kesalahan yang lainnya. Nasib mempertemukannya dengan Aksenov dipenjara. Tapi meskipun Aksenov tahu dialah pembunuh temannya yang sebenarnya, dia tidak mau melaporkannya pada polisi, bahkan sampai Seminic ketahuan menggali terowongan untuk kabur dari penjara pun, Aksenov tidak mau mengatakannya pada polisi. Hingga Seminic trenyuh hatinya akan kebaikan Aksenov, dia meminta maaf dan bahkan berani jujur pada polisi, bahwa dialah yang sebenarnya membunuh teman Aksenov. Namun sayang sesaat setelah pembebasannya, Aksenov meninggal dunia. Sungguh kisah yang tragis….! Namun lebih tragis lagi, bagaimana caranya menulis kilasan 5 bab skripsi dalam waktu 1 jam 30 menit!!!! Huuufh,,,

No comments:

Post a Comment