Lebaran tinggal 8 hari lagi. Si bospun sudah membagi2kan amplop THR. Lumayan, bonus 1 bulan gaji bisa
buat ngisi dompetku yang sudah lama kosong karena habis bayar sp dan daftar
ulang. Sejak aku kuliah dan lama nganggur, dompet kosong memang bukan hal yang
baru lagi bagiku. Tidak seperti dulu, jaman lagu “single happy’’ populer. Tiap
hari jalan-jalan naik mobil kesana kemari nganter anak si Bos. Ke sekolah,ke
tempat main, ke tempat les, ke ultah temen, ke mal2, bahkan ke tempat2 wisata
dan hotel-hotel/resort mewah. Hampir tiap hari aku numpang hidup senang dengan bekerja sebagai pengasuh anaknya orang kaya. Pekerjaan yang cukup berkesan, apalagi tiap
kali gajian aku masih bisa nabung 2/3 dari
gaji bulananku. Hingga saatnya mudik, aku bisa melihat hasil jerih payahku
selama 1 tahun di tabungan. Hmm…enaknya! Berbanding terbalik dengan keadaan
sekarang, aku hanya bisa ke pasar blok a, ke dapur dan ke kampus tox. Gaji
bulanan selalu habis, entah untuk beli apa! Sejak aku kuliah,uang memang seperti air
cucuran atap,yang kalau hujan berhenti, habis pulalah ia sampai saatnya ada
hujan kembali. Semua gara-gara aku kelamaan nganggur dan kelamaan jaga gengsi.
Coba saja, begitu aku kuliah aku langsung kerja diperumahan seperti sekarang
ini, jadi tukang masak kek, cuci gosok kek, …aku pasti tidak akan kehilangan
seluruh tabungan hasil kerja kerasku
sedari dulu. Gara-gara gengsi ingin mencari pekerjaan yang lebih baik, ku
bela-belain nganggur 9 bulan di Jakarta. Makan beli, tidur bayar, kuliah jalan,
cari kerja sampai kesasar-sasar ngabisin duit, dapat kerja TIDAK!!! Hingga
LUDESlah semua perbekalan yang ku punya....MANTAAAP! Setelah itu, baru aku
menyerahkan diri ke JICC Kemang kemudian pindah ke yayasan PRT Bu Biru, setelah
trauma dengan kejadian perampokan di siang bolong di kediaman Bos Indiaku,
Mr/Mrs. Farooque, di kawasan Pondok
Indah. (http://m.merdeka.com/peristiwa/pelaku-perampokan-rumah-duta-pbb-berjumlah-5-orang.html)
Tapi ya sudahlah….yang lalu biarlah berlalu. Jangan biarkan sesal menghantui hidup, bukankah Rian d’Nasib sudah berkali-kali mengatakan , sukuri apa adanya, hidup adalah anugrah, tetap jalani hidup ini, melakukan yang terbaik, JANGAN MENYERAH, JANGAN MENYERAH…Apapun yang terjadi padaku, selama jiwa dan ragaku masih sehat, tetaplah TERSENYUM dan BERSYUKURLAH…di banding melihat sekeliling, banyak teman-temanku yang kusangka nasibnya lebih beruntung dariku, ternyata juga menjalani hidup yang terkadang lebih parah sikonnya ketimbang aku.
Magrib menjelang buka puasa, aku teringat Saprol, adikku yang kerja di daerah Cengkareng. Kapan dia mudik ya? Segera ku sms dia. Ternyata dia sudah mudik bahkan baru sampai di kampung. Lega rasanya mendengar kabar keluarga di kampung baik-baik saja. Sampai bila saatnya nanti akupun akan segera pulang, desahku. Selesai sms adikku, tiba-tiba ada sms lain masuk. Alya XL, “Mbak, aku pengin kerja banget…”begitu isi pesannya. Aku tertegun, tak tahu apa yang harus ku lakukan. Ya ALLAH…bagaimana aku membalas sms ini? Berbagai pertimbangan ini dan itu berputar-putar mengelilingi kepalaku. Bagaimana jika begini, bagaimana jika begitu? Bukankah kata dokter dia harus istirahat total karena kanker payudara yang di deritanya? Bagaimana bisa dia memutuskan mau bekerja secepat ini? Bagaimana nanti kalau di rumah si Bos, sakitnya malah tambah parah karena kecapean kerja? Sebenarnya gampang sih,tinggal suruh saja dia masuk ke yayasan Bu Biru yang gratis tanpa pungutan apapun, pasti di saat-saat mau lebaran seperti ini ada juga Bos kepepet yang mau mengambilnya kerja invaln dengan gaji lebih dari biasanya, tapi pekerjaannya pun lebih-lebih pula. Masalahnya, bagaimana jika kesehatannya nanti malah ngedrop di tengah jalan? Aku juga nanti yang kena batunya karena memasukan orang sakit bekerja. TAPI, Kalau dia sampai senekad ini mau bekerja, berarti dia memang benar-benar butuh uang. Ya, aku bisa meraba keadaannya. Hidup numpang meski di rumah saudara itu tidak enak, aku sendiri sudah pernah merasakannya. Di tambah lagi kitanya nganggur jegur, plus embel-embel penyakit yang di deritanya, yang setidaknya memerlukan biaya perawatan, walaupun cuma sekedar untuk merebus daun sirsak. Hmm…betapa situasinya sangatlah tidak nyaman! Kepalaku jadi pusing memikirkannya. Apa yang harus kulakukan untuk membantunya? Ya Tuhan…katakan padaku, bagaimana aku harus membalas SMSnya?
Selama ini aku hanya bisa memberi support supaya dia tetap
semangat, jangan pernah menyerah pada nasib. Tuhan tidak akan memberikan cobaan
yang tidak bisa kita hadapi. Tabahlah, semangatlah, positive thinkinglah!...Tapi
kalau kenyataannya demikian, sekarang aku mau ngomong apa lagi? Sedikit salah
kata, aku bisa menghancurkan harapan hidupnya. Dan itu buruk sekali. Tapi, mengharapkan bantuan orang lain,
sementara kita berpangku tangan, bukanlah jalan yang bijak! Bukankah setiap
kita wajib berusaha memperjuangkan nasib kita sendiri? Tapi jika keadaannya seperti
itu, apa yang harus ku lakukan?” Ya ALLAH…berilah dia jalan keluar yang
terbaik. Ringankanlah beban hidupnya! Hanya Engkaulah Yang Maha Tahu, jalan
terbaik untuknya…” Aku merasa jadi akar lapuk tempat dia bergantung. Sungguh
sangat tidak berguna dan tidak membantu memperbaiki keadaan. Huuuffh…sekali
lagi aku hanya bisa menghela nafas….

No comments:
Post a Comment