Wednesday, July 31, 2013

Mbak, Aku Pengin Kerja Banget....

Lebaran tinggal 8 hari lagi. Si bospun sudah membagi2kan  amplop THR. Lumayan, bonus 1 bulan gaji bisa buat ngisi dompetku yang sudah lama kosong karena habis bayar sp dan daftar ulang. Sejak aku kuliah dan lama nganggur, dompet kosong memang bukan hal yang baru lagi bagiku. Tidak seperti dulu, jaman lagu “single happy’’ populer. Tiap hari jalan-jalan naik mobil kesana kemari nganter anak si Bos. Ke sekolah,ke tempat main, ke tempat les, ke ultah temen, ke mal2, bahkan ke tempat2 wisata dan hotel-hotel/resort mewah. Hampir tiap hari aku numpang hidup senang  dengan bekerja sebagai pengasuh anaknya orang kaya.  Pekerjaan yang cukup berkesan, apalagi tiap kali gajian aku masih  bisa nabung 2/3 dari gaji bulananku. Hingga saatnya mudik, aku bisa melihat hasil jerih payahku selama 1 tahun di tabungan. Hmm…enaknya! Berbanding terbalik dengan keadaan sekarang, aku hanya bisa ke pasar blok a, ke dapur dan ke kampus tox. Gaji bulanan selalu habis, entah untuk  beli  apa! Sejak aku kuliah,uang memang seperti air cucuran atap,yang kalau hujan berhenti, habis pulalah ia sampai saatnya ada hujan kembali. Semua gara-gara aku kelamaan nganggur dan kelamaan jaga gengsi. Coba saja, begitu aku kuliah aku langsung kerja diperumahan seperti sekarang ini, jadi tukang masak kek, cuci gosok kek, …aku pasti tidak akan kehilangan seluruh  tabungan hasil kerja kerasku sedari dulu. Gara-gara gengsi ingin mencari pekerjaan yang lebih baik, ku bela-belain nganggur 9 bulan di Jakarta. Makan beli, tidur bayar, kuliah jalan, cari kerja sampai kesasar-sasar ngabisin duit, dapat kerja TIDAK!!! Hingga LUDESlah semua perbekalan yang ku punya....MANTAAAP! Setelah itu, baru aku menyerahkan diri ke JICC Kemang kemudian pindah ke yayasan PRT Bu Biru, setelah trauma dengan kejadian perampokan di siang bolong di kediaman Bos Indiaku, Mr/Mrs. Farooque, di  kawasan Pondok Indah.  (http://m.merdeka.com/peristiwa/pelaku-perampokan-rumah-duta-pbb-berjumlah-5-orang.html)

Tapi ya sudahlah….yang lalu biarlah berlalu. Jangan biarkan sesal menghantui hidup, bukankah Rian d’Nasib sudah berkali-kali mengatakan , sukuri apa adanya, hidup  adalah anugrah, tetap jalani hidup ini, melakukan yang terbaik, JANGAN MENYERAH, JANGAN MENYERAH…Apapun yang terjadi padaku, selama jiwa dan ragaku  masih sehat, tetaplah TERSENYUM dan BERSYUKURLAH…di banding  melihat sekeliling, banyak teman-temanku yang kusangka nasibnya lebih beruntung dariku, ternyata juga menjalani hidup yang terkadang lebih parah sikonnya ketimbang aku.

Magrib menjelang buka puasa, aku teringat Saprol, adikku yang kerja di daerah Cengkareng. Kapan dia mudik ya? Segera ku sms dia. Ternyata dia  sudah mudik bahkan  baru sampai di kampung. Lega rasanya mendengar kabar keluarga di kampung baik-baik  saja. Sampai bila saatnya nanti akupun akan segera pulang, desahku. Selesai sms adikku, tiba-tiba ada sms lain masuk. Alya XL, “Mbak, aku pengin kerja banget…”begitu isi pesannya. Aku tertegun, tak tahu apa yang harus ku lakukan. Ya ALLAH…bagaimana aku membalas sms ini? Berbagai pertimbangan ini dan itu berputar-putar mengelilingi kepalaku. Bagaimana jika begini, bagaimana jika begitu? Bukankah kata dokter dia harus istirahat total karena kanker payudara yang di deritanya? Bagaimana bisa dia memutuskan mau bekerja secepat ini? Bagaimana nanti kalau di rumah si Bos, sakitnya malah tambah parah karena kecapean kerja? Sebenarnya gampang sih,tinggal suruh saja dia masuk ke yayasan Bu Biru yang gratis tanpa pungutan apapun, pasti di saat-saat mau lebaran seperti  ini ada juga  Bos kepepet yang mau mengambilnya kerja invaln dengan gaji lebih dari biasanya, tapi pekerjaannya pun lebih-lebih pula. Masalahnya, bagaimana jika kesehatannya nanti malah ngedrop di tengah jalan? Aku juga  nanti  yang kena batunya karena memasukan orang sakit bekerja. TAPI,  Kalau dia sampai  senekad ini mau bekerja, berarti dia memang benar-benar butuh uang. Ya, aku bisa meraba keadaannya. Hidup numpang meski di rumah saudara itu tidak enak, aku sendiri sudah pernah merasakannya. Di tambah lagi kitanya nganggur jegur, plus embel-embel penyakit yang di deritanya, yang setidaknya memerlukan biaya perawatan,  walaupun cuma  sekedar untuk merebus daun sirsak. Hmm…betapa situasinya sangatlah tidak nyaman! Kepalaku jadi pusing memikirkannya. Apa yang harus kulakukan untuk membantunya? Ya Tuhan…katakan padaku, bagaimana aku harus membalas SMSnya?
Selama ini aku hanya bisa memberi support supaya dia tetap semangat, jangan pernah menyerah pada nasib. Tuhan tidak akan memberikan cobaan yang tidak bisa kita hadapi. Tabahlah, semangatlah, positive thinkinglah!...Tapi kalau kenyataannya demikian, sekarang aku mau ngomong apa lagi? Sedikit salah kata, aku bisa menghancurkan harapan hidupnya. Dan itu buruk sekali.  Tapi, mengharapkan bantuan orang lain, sementara kita berpangku tangan, bukanlah jalan yang bijak! Bukankah setiap kita wajib berusaha memperjuangkan nasib kita sendiri? Tapi jika keadaannya seperti itu, apa yang harus ku lakukan?” Ya ALLAH…berilah dia jalan keluar yang terbaik. Ringankanlah beban hidupnya! Hanya Engkaulah Yang Maha Tahu, jalan terbaik untuknya…” Aku merasa jadi akar lapuk tempat dia bergantung. Sungguh sangat tidak berguna dan tidak membantu memperbaiki keadaan. Huuuffh…sekali lagi aku hanya bisa menghela nafas….







No comments:

Post a Comment