Thursday, August 1, 2013

Serangkai Tulip Cantik

Pagi yang cerah, ketika aku terbangun dari tidur dan kudapati cercah sinar mentari menyusup dari balik jendela kamarku yang masih tertutup rapi. Aku menguap, malas sekali rasanya beranjakdari tempat tidur. Sekilas kupicingkan mata ngantukku, melirik  ke arah jam dinding yang berada di sebelah kiri atas tempat  tidur, jam 07.20menit. Hmm…aku kesiangan lagi! Tak apalah, toh ini hari Sabtu, hari libur kerja. Sedikit malas tak jadi masalah, pikirku.
 Ku tatap langit-langit kamarku yang sudah kusam warnanya. Aku menghela nafas. Tak terasa sudah 5tahun berlalu sejak ayah dan adikku Karsim mengecat dinding rumah. Ya, aku ingat sekali! Waktu itu aku baru pertama kali kerja sebagai guru honor di SD 3 Kertahayu, honor  pertamaku yang tidak seberapa  itulah yang dipakai ayah untuk membeli cat dinding untuk mempercantik rumah. Aku tersenyum, rupanya dinding rumahku memang sudah menagih utang ingin di cat lagi. “Sabar ya ding,…nanti kalau ada rejeki, akan kubelikan cat baru untukmu,”pikirku.
Bergegas aku keluar kamar, mengambil handuk  di jemuran  halaman belakang rumah. Tidak ada siapa-siapa melainkan setumpuk baju dan piring-piring kotor  di pojok halaman belakang yang sengaja ibu tinggalkan sebagai pekerjaan rumahku.  Rupanya Ayah sudah pergi ke kebun sebagaimana rutinitas hariannya. Sementara adikku Karsim bekerja di  sebuah toko kusen yang letaknya lumayan jauh dari rumah. Makanya, jam 7 pagi dia sudah berangkat ke tempat kerjanya. Sementara ibuku sudah sebulan ini setiap pagi pergi ke rumah Bu RT, kumpul-kumpul bareng tetangga belajar membuat  baju rajut. Tinggalah aku sendiri di rumah tiap hari Sabtu dan Minggu, karena hari itu aku libur ngajar.
Kusisir rambut lurusku satu persatu di depan kaca. Ku tatap wajah mudaku yang baru 27 tahun, tidak ada yang istimewa . Aku memang tidak cantik, tapi kata Ibuku aku juga tidak jelek. “Tahi lalatmu itu lho, ndok yang bikin wajahmu manis! Bodoh saja cowok yang tidak suka sama kamu…” kata Ibuku suatu hari ketika aku bertanya padanya apakah mukaku ini jelek, hingga sampai sekarang belum ada satupun laki-laki yang berani mendekatiku. Tentu saja naluri seorang Ibu akan selalu memenangkan hati anaknya. Apapun yang aku lakukan selalu saja mendapat dukungan dan sambutan positif dari Ibu. Mungkin karena aku tidak pernah neko-neko, selalu sederhana dan tampil apa adanya itulah yang membuat Ibuku bangga denganku, meski aku tidak pernah mempersembahkan prestasi yang luar biasa kepadanya.
Seusai sarapan pagi, aku bergegas ke halaman belakang mengumpulkan semua baju kotor dan menaruhnya di satu bak besar. Ku pisahkan baju yang putih dan yang berwarna, kemudian ku rendam di bak yang berbeda dengan takaran sabun cuci seperti yang diajarkan ibuku. Sementara baju ku rendam, ku cuci piring-piring dan wajan kotor bekas Ibu masak. Baru saja ku siram piring-piring tersebut dengan air, tiba-tiba terdengar suara klakson mobil di depan rumah. Aku mengerutkan dahi, “siapa ya? Tumben ada mobil lewat ke sini!” Aku yang penasaran segera bergegas ke depan rumah.
Di halaman rumah, kulihat mobil box putih berhenti. Dua orang laki-laki satu kurus satu gemuk, yang tidak aku kenal turun dari mobil. Salah seorang dari mereka membuka pintu belakang box, dan mengeluarkan sesuatu dari dalam mobil dengan hati-hati. Sebuah rangkaian bunga cantik dalam pot putih bening. Tulip…tak salah lagi. Rangkaian bunga tulip, untuk siapa? Aku pun penasaran dan mendekati 2 orang tersebut.
“Selamat pagi, Bu!” sapa Bapak Kurus. “Iya, pagi Pak!” jawabku gesit.
“Benar ini rumahnya Ibu Winarti? Kami hendak mengantarkan bunga untuknya.” Jelasnya.
“Betul, Pak! Saya Winarti. Bunga dari siapa ya?” tanyaku yang merasa heran dan aneh. Apalagi selama ini belum pernah ada orang yang kirim-kirim bunga sampai ke pinggiran kota seperti tempat tinggalku.
“Pengirimnya sih tidakditulis di sini, Bu! Kami juga kurang tahu, kami dari Nisa Floris, tugas kami hanya mengantar bunga saja! Silakan diterima bunganya, Bu! Dan tolong Ibu tanda tangan di sini.” Kata Pak Gemuk sambil menyodorkan secarik kertas dan pulpen. Tanpa basa-basi lagi ku tanda-tangani secarik kertas tersebut dan kuterima rangkaian  bunga tulip merah putih yang cantik itu.
“Terima kasih, Bu!” kata mereka sambil bergegas masuk ke dalam mobil.
“Sama-sama, Pak!” jawabku sambil balik kanan masuk ke dalam rumah.
Ku taruh pot putih bening tersebut di atas meja. Ku pandangi serangkaian tulip cantik itu, “Siapa yang mengirim ini?” dahiku mengeryit mencoba menebak-nebak kira-kira siapa orangnya yang dengan tiba-tiba mengirim bunga untuknya. Teman perempuan? Teman laki-laki? Teman baru atau teman lama? Sama sekali blank. Tidak satu namapun terlintas dibenakku. Selama ini, teman-temanku biasa saja denganku. Tidak pernah ada perlakuan istimewa sampai mengirimi bunga segala. Apalagi ini bukan hari spesial atau hari ulang tahunku.Aku semakin bingung…siapa ya? Tahulah…akupun menyerah. Entah siapa pengirim bunga tulip misterius tanpa identitas dan tanpa ada pesan sedikitpun itu. Apa maksud dia dengan pengiriman bunga tersebut? Dia suka sama aku? Ah…mana mungkin! Memangnya aku siapanya dia? Ya sudahlah…daripada aku bingung-bingung, lebih baik kuteruskan saja pekerjaanku, mencuci piring dan mencuci baju. Biar ku simpan saja rasa penasaran ini. Mungkin besok atau lusa aku akan mendapatkan jawaban, siapa orang yang telah mengirim tulip cantik ini dan apa maksudnya?
Kerja lagi yuk…!


7 comments:

  1. bunganya cantik.., yang ngirim pasti ingin menyampaikan bahwa bunga cantik ini layak dipersembahkan untuk seseorang yang berhati cantik :). ini kalau saya yang mengirimnya lho.., hehehe

    salam kenal ya..

    ReplyDelete
  2. Suit.. suittt...
    ada yang dikirimin bunga nih... :))

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih Jeng Rebellina,...salam kenal kembali ya! Saya juga suka mampir lho di blognya sampeyan. Kayaknya gimana gitu, mbayangin kepribadian Jeng Rebellina, tulisannya luweees buangeeet! Kayak tulisan cerpenis yang sudah propesional. Enak dibaca, dan enak dinikmati. Waaah...saya jd malu kalau membandingkannya dengan tulisan saya. :)

      Delete
    2. @Matris: salam kenal ya...

      :) ah enggak juga. Ini tulisan yang mengalir begitu saja, ketika saya lihat teman2 IIDNers sibuk ikutan GA Aku dan Pohon, dan tiba2 tanpa sengaja saya mendarat di halaman facebook sebuah floris. Maka muncullah ide ini, nama tokoh dan jalan ceritanya ngarang bebas koq...! :)

      Delete
  3. Wah... Bener-bener cantik bunga tulipnya. :O

    Baru ngeblog lagi setelah lama nggak ngeblog ya? Welcome back... :)

    ReplyDelete
  4. Yaa..... penasaran ama kelanjutan ceritanya... ira

    ReplyDelete
  5. Terima kasih 空キセノ dan Traveler Family,...

    suatu kebanggaan buat saya, anda2 berkenan baca tulisan alakadarnya di blog ini. Salam kenal semuanya! :)

    ReplyDelete