Sudah seyogianyalah seorang mahasiswa sastra inggris berkecimpung di
bidang yang ada tautannya dengan bahasa inggris, seperti jadi
translator, guide, atau guru/dosen bahasa inggris. Tidak seperti aku,
yang tiap hari kerjanya cuma masak dan sapu-sapu…haaih, cape
deeeh!...masa bentar lagi mau S1 masih kerja pembantu? Kadang2 hatiku
protes, tapi ya sudahlah…mudah2an lain waktu akan berubah pula nasibku…
Bukan
tak pernah mencoba. Dulu, waktu aku nganggur, aku pernah ditawarin
ngajar kursus anak2 SMP di IEC Fatmawati. Tahukah anda apa yang terjadi?
Pernahkah anda nonton film “The Ron Clark Story”? yaah….betul sekali!
Kurang lebih seperti itulah suasana kelas yang ku ajar. Meski Cuma
berjumlah 6 orang, kelasku selalu rame seperti pasar. Masing2 sibuk
dengan dagangan dan urusannya. Pelajaran tinggal pelajaran. Tidak ada
yang mendengarkan pelajaran. Mereka malah membuat kelas main sendiri.
Bosan katanya tiap hari pelajaran melulu. Kursus bahasa Inggris rupanya
dijadikan ajang pelampiasan kestresan mereka. Berisik, berantakan, acak-acakan, pulpen melayang, buku ilang, sampe hp naik ke atas AC, bukan hal yang aneh. Parah sekali,…sampai2 aku
ketularan stres karenanya. Murid2 edan…seumur hidup baru kali ini aku berada di kelas yang demikian. Huufh….pantas saja aku jadi gurunya yang ke
8. Rupa2nya gak ada guru yang mau bertahan.
Mereka terlalu hiperaktif dan tidak bisa dikontrol. Pernah, aku
ditinggal sendirian di kelas, sementara mereka menghambur dan main di
luar kelas. Alasannya mau minta minum dulu, mau ke toilet dulu, terus
yang lainpun ngikut! Kacau dah….aku sampai bingung gimana ngatasin
mereka. Aku berteriak tegas, malah ditertawakan! Aku ngomong baik2, gak
didengarkan! Baiklah…sampai kudapatkan pekerjaan lain, kalian pasti ku
tinggalkan! Hatikupun geram.
3 bulan saja! Sampai mereka
menyelesaikan level yang ku ajarkan, akupun cabut! Aku tak tahan lagi
dengan situasi gila seperti itu, haaih… jadi tukang nyapu ngepel seribu
kali lebih baik daripada ngajar mereka yang tidak butuh dengan kehadiranku. Baiklah…aku bukan Mr Clark dalam film “The Ron Clark
Story”. Seorang guru yang cerdik, enerjik, kreatif, dan innovative yang
berhasil menundukkan murid2nya yang super2 badung and mbrandal, bahkan mengubah
mereka dari kelas yang paling jeblok jadi kelas terfavorit di sekolahnya
INNER HARLEM ELEMENTARY SCHOOL, New York. Sebuah perjuangan seorang
guru yang mungkin akan sulit di cari tandingannya. Di caci dan dikerjain
murid2nya, bahkan diusir dari kelas...bukan alasan baginya untuk mundur. Dia terus maju, bekerja
keras, mendekati dan memenangkan hati murid2nya. Satu persatu dirangkulnya sang murid seperti keluarganya, sebagai guru, dan sebagai teman main. Didekatinya dengan penuh pengertian. Diabdikannya dengan sepenuh hati apa yang bisa dia kerjakan...semua untuk mereka, murid-muridnya TERCINTA. Saking fokusnya dia dalam memikirkan bagaimana agar murid2nya jadi pintar, sampai2 dia lupa jaga kesehatannya sendiri. Beberapa pekan sebelum UNAS, dia jatuh pingsan di depan kelas karena terlalu terforsir
memberikan pelajaran tambahan. Namun tetap dia tidak menyerah. Selama di rumah sakitpun
dia tidak tinggal diam, dia tetap mengajar dengan mengirimkan rekaman2
videonya dari rumah sakit. Inilah yang membuat murid2nya sadar betapa
gurunya memang menginginkan mereka jadi orang yang benar2 mendapatkan
pendidikan yang terbaik. Dari sinilah mereka sadar, tidak akan ada lagi
guru pengganti seperti Mr Clark di belahan dunia manapun…Sampai meraka
lulus dengan hasil terbaik. Mr. Clark pun tersenyum puas, murid2nya bersorak gembira dengan hasil ujian yang sangat memuaskan. Merekapun melanjutkan pendidikan ke sekolah2 terbaik di kota New York. God Job, Mr. Clark! Aku tak mungkin
menyamaimu...
No comments:
Post a Comment