Thursday, August 22, 2013

Seperti "The Ron Clark Story"

Sudah seyogianyalah seorang mahasiswa sastra inggris berkecimpung di bidang yang ada tautannya dengan bahasa inggris, seperti jadi translator, guide, atau guru/dosen bahasa inggris. Tidak seperti aku, yang tiap hari kerjanya cuma masak dan sapu-sapu…haaih, cape deeeh!...masa bentar lagi mau S1 masih kerja pembantu? Kadang2 hatiku protes, tapi ya sudahlah…mudah2an lain waktu akan berubah pula nasibku…
Bukan tak pernah mencoba. Dulu, waktu aku nganggur, aku pernah ditawarin ngajar kursus anak2 SMP di IEC Fatmawati. Tahukah anda apa yang terjadi? Pernahkah anda nonton film “The Ron Clark Story”? yaah….betul sekali! Kurang lebih seperti itulah suasana kelas yang ku ajar. Meski Cuma berjumlah 6 orang, kelasku selalu rame seperti pasar. Masing2 sibuk dengan dagangan dan urusannya. Pelajaran tinggal pelajaran. Tidak ada yang mendengarkan pelajaran. Mereka malah membuat kelas main sendiri. Bosan katanya tiap hari pelajaran melulu. Kursus bahasa Inggris rupanya dijadikan ajang pelampiasan kestresan mereka. Berisik, berantakan, acak-acakan, pulpen melayang, buku ilang, sampe hp naik ke atas AC, bukan hal yang aneh. Parah sekali,…sampai2 aku ketularan stres karenanya. Murid2 edan…seumur hidup baru kali ini aku berada di kelas yang demikian. Huufh….pantas saja aku jadi gurunya yang ke 8. Rupa2nya gak ada guru yang mau bertahan. Mereka terlalu hiperaktif dan tidak bisa dikontrol. Pernah, aku ditinggal sendirian di kelas, sementara mereka menghambur dan main di luar kelas. Alasannya mau minta minum dulu, mau ke toilet dulu, terus yang lainpun ngikut! Kacau dah….aku sampai bingung gimana ngatasin mereka. Aku berteriak tegas, malah ditertawakan! Aku ngomong baik2, gak didengarkan! Baiklah…sampai kudapatkan pekerjaan lain, kalian pasti ku tinggalkan! Hatikupun geram.
3 bulan saja! Sampai mereka menyelesaikan level yang ku ajarkan, akupun cabut! Aku tak tahan lagi dengan situasi gila seperti itu, haaih… jadi tukang nyapu ngepel seribu kali lebih baik daripada ngajar mereka yang tidak butuh dengan kehadiranku. Baiklah…aku bukan Mr Clark dalam film “The Ron Clark Story”. Seorang guru yang cerdik, enerjik, kreatif, dan innovative yang berhasil menundukkan murid2nya yang super2 badung and mbrandal, bahkan mengubah mereka dari kelas yang paling jeblok jadi kelas terfavorit di sekolahnya INNER HARLEM ELEMENTARY SCHOOL, New York. Sebuah perjuangan seorang guru yang mungkin akan sulit di cari tandingannya. Di caci dan dikerjain murid2nya, bahkan diusir dari kelas...bukan alasan baginya untuk mundur. Dia terus maju, bekerja keras, mendekati dan memenangkan hati murid2nya. Satu persatu dirangkulnya sang murid seperti keluarganya, sebagai guru, dan sebagai teman main. Didekatinya dengan penuh pengertian. Diabdikannya dengan sepenuh hati apa yang bisa dia kerjakan...semua untuk mereka, murid-muridnya TERCINTA. Saking fokusnya dia dalam memikirkan bagaimana agar murid2nya jadi pintar, sampai2 dia lupa jaga kesehatannya sendiri. Beberapa pekan sebelum UNAS, dia jatuh pingsan di depan kelas karena terlalu terforsir memberikan pelajaran tambahan. Namun tetap dia tidak menyerah. Selama di rumah sakitpun dia tidak tinggal diam, dia tetap mengajar dengan mengirimkan rekaman2 videonya dari rumah sakit. Inilah yang membuat murid2nya sadar betapa gurunya memang menginginkan mereka jadi orang yang benar2 mendapatkan pendidikan yang terbaik. Dari sinilah mereka sadar, tidak akan ada lagi guru pengganti seperti Mr Clark di belahan dunia manapun…Sampai meraka lulus dengan hasil terbaik. Mr. Clark pun tersenyum puas, murid2nya bersorak gembira dengan hasil ujian yang sangat memuaskan. Merekapun melanjutkan pendidikan ke sekolah2 terbaik di kota New York.  God Job, Mr. Clark! Aku tak mungkin menyamaimu...

No comments:

Post a Comment