Hampir setiap orang pernah membaca cerpen. Ceritanya yang singkat dan tidak berbelit-belit lebih banyak mengundang ketertarikan minat pembaca daripada novel. Cerpen pertama yang sangat membuat saya terkesan atas pesan moral yang terkandung di dalamnya adalah God Sees the Truth,
but Waits. Cerpen ini berkisah tentang seorang saudagar yang bernama Ivan Dmitrich Aksionov yang hidup di kota Vladimir, Rusia.
Di masa mudanya Aksionov adalah seorang pemabuk yang terkadang berbuat
onar. Namun setelah ia menikah, ia menghentikan kebiasaan buruknya itu.
Suatu kali, Aksionov berpamitan kepada keluarganya untuk pergi ke sebuah
pekan raya untuk berdagang. Istrinya mencoba mencegahnya karena ia
bermimpi buruk tentang Aksionov, sepulang dari kota, dia membuka topi dan nampak rambutnya beruban. Tentu saja Aksionov menolak membatalkan
rencananya.
Ia
pun berangkat. Di tengah perjalanan ia bertemu seorang saudagar
kenalannya dan mereka menginap di penginapan yang sama. Mereka berbagi
kamar di penginapan itu. Di pagi harinya Aksionov bangun lebih awal. Ia
bersiap dan melanjutkan perjalanan kembali. Di tengah perjalanan ia
berhenti untuk mengistirahatkan kudanya. Namun tanpa disangka – sangka,
dalam istirahatnya itu, tiga orang serdadu mendekatinya dan menuduhnya
telah membunuh saudagar kenalannya di saat mereka berbagi kamar di
penginapan. Aksionov tidak bisa mengelak karena sebuah pisau yang
berlumuran darah ditemukan di dalam tas yang dibawanya. Ia pun ditahan.
Di
dalam tahanan, istri dan anak – anaknya menjenguknya. Dan bertambahlah
duka Aksionov saat istrinya pun ragu jika Aksionov tidak melakukan
kejahatan itu. Ia menangis dan pasrah. Jika istrinya pun tidak
mempercayainya, siapa lagi yang dapat diharapkannya? "It seems that only God can know the truth; it is to Him alone we must appeal, and from Him alone expect mercy." Katanya
pada dirinya sendiri. Ia berhenti berusaha agar dibebaskan dan hanya
berdoa kepada Tuhan. Dia dihukum cambuk dan dibuang ke Siberia.
Dua
puluh enam tahun sudah ia dipenjara di Siberia. Dan mimpi buruk
istrinya pun menjadi kenyataan, rambutnya memutih dan jenggotnya
berwarna keabu – abuan. Ia jarang tertawa dan berbicara. Namun ia selalu
berdoa. Karenanya, ia menjadi orang yang dituakan di tahanan dan
disegani.
Suatu saat, sekelompok tahanan baru datang. Melalui obrolan, tahulah Aksionov bahwa salah satu dari mereka, Makar Semyonich, adalah
sang pembunuh saudagar dua puluh enam tahun yang lalu. Kemarahan yang
meluap membuat Aksionov terus menerus berdoa namun kali ini doanya tidak
menentramkan hatinya.
Ketentuan
Tuhan membuat Aksionov memergoki Makar sedang membuat lubang di lantai
untuk melarikan diri. Makar yang ketakutan mengancam Aksionov jika
sampai melaporkan apa yang telah dilihatnya. Atas izin Tuhan juga
akhirnya penjaga penjara mengetahui lubang untuk melarikan diri itu.
Maka para tahanan pun ditanyai tentang siapa yang membuat lubang itu.
Tak terkecuali Aksionov. Namun Aksionov bungkam. Ia tidak melaporkan apa
yang telah dilihatnya.
Aksionov
bungkam bukan karena takut kepada Makar. Ia hanya berpikir bahwa jika
ia melaporkannya, ia tidak mendapatkan manfaat darinya. And, after all, what good would it be to me? Kebaikan
hati dan kebijaksanaan yang timbul dari penderitaan selama bertahun –
tahun inilah yang membuat akhir cerita menjadi begitu mengharukan
sekaligus mencerahkan hati.
Cerita
pendek Tolstoy yang satu ini mengandung makna yang sangat dalam.
Terkadang Tuhan harus menimpakan kemalangan kepada seseorang agar ia
kembali kepadaNya dan mendapatkan ketentraman hidup. Aksionov yang bekas
pemabuk diselamatkan Tuhan melalui perkawinan. Dan ia yang saudagar
kaya disadarkan Tuhan melalui dua puluh enam tahun di penjara atas
kejahatan yang tidak dilakukannya bahwa membalas dendam bukanlah cara
yang bijak untuk menentramkan hati.
Mengapa
cerpen ini diberi judul God Sees the Truth, but Waits? Tentu saja Tuhan
tidak tidur sehingga Dia pasti tahu siapa yang bersalah. Mudah saja
bagi Tuhan untuk menunjukkan siapa yang telah membunuh sang saudagar.
Namun Dia lebih mengutamakan kebaikan bagi Aksionov daripada mengungkap
siapa yang telah berbuat dosa.
No comments:
Post a Comment