Malam takbir adalah malam yag dinanti oleh hampir semua kaum muslimin dan
muslimat. Malam kemenangan setelah sebulan penuh lamanya menahan hawa nafsu,
menahan rasa haus dan lapar. Kinilah saatnya kita kembali lagi menjadi fitri.
Sudah bisa dibayangkan betapa excitednya anak-anak menyambut
malam takbir ini. Berbagai petasan dan kembang api pun dinyalakan. Suara riuh
takbirpun tak kalah semangatnya bergema ke seluruh pelosok desa. Sementara di
jalanan terlihat bapak-bapak dan ibu-ibu sibuk membayar zakat fitrahnya ke
rumah ketua RT setempat dan ada pula yang membayar ke masjid terdekat. Di depan
masjid Nurul Huda yang letaknya tidak begitu jauh dari rumah, terlihat 2 buah
mobil bak berderet di jalan. Itulah mobil yang telah dipersiapkan oleh RISMA
Nurul Huda untuk takbir keliling nanti malam. 2 buah bedug pun sudah
dipersiapkan di atas mobil, tinggal nanti saatnya mereka akan berkeliling desa
mengumandangkan takbir sampai subuh
menjelang.
Sementara di sofa rumahku, terduduklah Nurjanah adik tiriku sambil membubuhi kakinya yang penuh luka dengan supertetra. Bengkak, tentu saja. Tadi sore ketika mau ngabuburit, dia mau mencoba motor mio yang baru dibawa pulang suaminya dari Jakarta kemarin. Namun sayang, dia yang terbiasa naik Jupiter MX dan belum terbiasa dengan motor matic, salah perhitungan. Baru saja motor naik ke jalan raya, motornya kebablasan. Janah, begitu nama sapaannya, pun kaget dan spontan lepas kendali. Motor pun oleng dan jatuh terjerembab di pinggir jalan menimpa kaki kanannya. Untung saja anaknya yang belum genap berusia 2 tahun, belum ikut naik bersamanya. Dengan terseok-seok di papahnya motor baru pakai itu pulang ke rumah. Kakinya yang lecet-lecet pun segera dibersihkannya dengan lap dan air hangat dan dibubuhi obat merah. Akhirnya hari raya pun dia tidak bisa pergi kemana-mana. Karena semakin lama kakinya semakin membengkak dan semakin nyeri rasanya. Untuk sekedar jalan ke kamar mandi pun dia tidak bisa, akhirnya suaminya menggendongnya tiap kali ke kamar mandi, meski karena belum terbiasa, pertama kali dia menggendong mereka berdua terjatuh di kamar mandi. Lucu jadinya, mereka pun tertawa terkekeh-kekeh bersama-sama.
Sementara di sofa rumahku, terduduklah Nurjanah adik tiriku sambil membubuhi kakinya yang penuh luka dengan supertetra. Bengkak, tentu saja. Tadi sore ketika mau ngabuburit, dia mau mencoba motor mio yang baru dibawa pulang suaminya dari Jakarta kemarin. Namun sayang, dia yang terbiasa naik Jupiter MX dan belum terbiasa dengan motor matic, salah perhitungan. Baru saja motor naik ke jalan raya, motornya kebablasan. Janah, begitu nama sapaannya, pun kaget dan spontan lepas kendali. Motor pun oleng dan jatuh terjerembab di pinggir jalan menimpa kaki kanannya. Untung saja anaknya yang belum genap berusia 2 tahun, belum ikut naik bersamanya. Dengan terseok-seok di papahnya motor baru pakai itu pulang ke rumah. Kakinya yang lecet-lecet pun segera dibersihkannya dengan lap dan air hangat dan dibubuhi obat merah. Akhirnya hari raya pun dia tidak bisa pergi kemana-mana. Karena semakin lama kakinya semakin membengkak dan semakin nyeri rasanya. Untuk sekedar jalan ke kamar mandi pun dia tidak bisa, akhirnya suaminya menggendongnya tiap kali ke kamar mandi, meski karena belum terbiasa, pertama kali dia menggendong mereka berdua terjatuh di kamar mandi. Lucu jadinya, mereka pun tertawa terkekeh-kekeh bersama-sama.
Sementara musibah tak terduga pun menimpa 2 orang anggota rombongan
takbir keliling. Memang di tengah-tengah kegembiraan kadang kita lupa untuk
mawas diri. Begitu gembiranya mereka, mereka lupa dengan keselamatan diri sendiri.
Mobil bak yang sudah berjejal penumpang itu tak membuat surut peminat takbir
keliling untuk ikut serta berpartisipasi dalam acara yang hanya ada setahun
sekali itu. Meski hanya duduk “nyengcle” di bibir bak mobil pun tak jadi
masalah. Mobil bak itupun akhirnya jalan terseok-seok menyusuri jalanan desa
kami. Setelah mobil agak jauh dari Masjid, di sebuah belokan jalan tiba-tiba 2
orang penumpang yang duduk di bibir mobil bak belakang hilang keseimbangan,
oleng dan terjatuh di jalanan aspal berbatu. Salah seorang di antaranya adalah
menantu Pak Kyai Salamuddin yang terluka parah dalam insiden tersebut. Tulang
kakinya ada yang patah, hingga lebaran pun akhirnya dia tidak bisa
kemana-kemana. Tinggal di rumah sambil merenungi nasib yang sama sekali tidak
di sangka-sangka sebelumnya. Dan satu orang temannya lagi hanya lecet-lecet dan
memar, karena tidak langsung jatuh ke aspal, melainkan badannya nyangkut di
sarung temannya yang terjurai ke bawah bibir bak, barulah dia terbanting ke
jalan.
Sebuah pelajaran yang patut kita ambil hikmahnya. Ada
baiknya kita waspada dalam keadaan bagaimanapun, segembira dan sesemangat
apapun, sehingga hal-hal yang tidak kita inginkan pun bisa kita hindari. Meski
memang nasib dan takdir seseorang sudah ditentukan oleh ALLAH SWT, tapi waspada
juga sangat diperlukan, jangan sampai kita mempertaruhkan keselamatan kita
untuk hal-hal yang ternyata kita bisa menghindarinya.
Selamat hari raya Idul Fitri, minal aidin wal faidzin, mohon
maaf lahir dan bathin buat semua yang merayakannya!
No comments:
Post a Comment