Sunday, August 4, 2013

Pulang Kampung Nih…

Sebagaimana biasa, pulang kampung di saat lebaran adalah hal yang paling di nanti oleh para perantau. Setelah setahun lebih banting tulang di perantauan, kini saatnya mudik dan bergaya di kampung halaman memamerkan hasil dari kerja keras kita. Meski harus bersusah payah di jalan, bermacet-macet ria, dan harus membayar ongkos yang berlipat-lipatpun tak jadi masalah, asal bisa berkumpul dengan keluarga di hari raya. Aku sendiri sebenarnya tidak mewajibkan lebaran harus pulang kampung, mengingat betapa payahnya di jalan, harus berdesak-desakkan tempat mencari tempat duduk bis dengan harga yang super mahal pula.
Tapi tahun ini, perencanaanku meleset dari semula. Tadinya aku berniat inval baby sitter yang ku pikir hasilnya  lumayan bisa buat ganti hpku yang hilang di metromini 610, waktu aku mau ke rumah Bule Lus di Kramat Jati. Ternyata, Bu Biru sang penyalur tenaga kerja bilang aku telat, sudah banyak yang datang ke sana, dan takut kalau aku nantinya tidak akan ada bos yang mau mengambilku. Okelah…akhirnya ku putuskan pulang kampung, itung-itung stirahat setelah setahun lamanya banting tulang. Hmm…inilah saatnya balas dendam, aji mumpungku pasti akan ku keluarkan,  pulang kampung untuk “bermalas-malasan”. Hehe…Sebenarnya agak risih juga sih  bermalas-malas (meski di rumah sendiri) bersandingkan Ibu tiri. Tapi, memang harus ku akui bahwa Ibuku yang satu ini, memang baik hati dan tidak sombong! Itu menurut penilaianku yang selalu merantau, jarang di rumah. Sedang  2 orang adikku sendiri malah jauh darinya. Artinya penilaian orang memang beda-beda. Menurutku sih, sepanjang  dia menunaikan tugasnya mengurus keluarga, suami dan anak kecilnya, itu sudah cukup. Toh, dia juga orang kampung biasa yang jauh dari kata macam-macam. Namanya juga ibu tiri, tidak akan bisa seperfect ibu kandung. Sedikit dia ngomel pasti menusuk hatinya bukan kepalang,  beda jika di marahi habis-habisan sama ibu kandung, yang sama sekali tidak akan ada pengaruhnya. Itu kataku, entah jika ternyata aku salah pakai kaca mata kuda.
Hari sangat terik, ketika aku, Mak Mus, dan Iksan anaknya berpamitan pulang sama si Bos. Sudah hampir jam 3 sore, ketika kami menunggu metromini yang akan mengantar kami ke terminal tujuan masing-masing. Akhirnya setelah beberapa lama, akupun naik 76 jurusan rambutan yang masih kosong, jarang penumpang. Mungkin karena rata-rata sudah pulang kampung. Aku duduk di sebelah kanan pintu masuk, biar nanti gampang keluar soalnya bawa travel bag juga. Tiba tiba ada penumpang baru yang masuk, duduk di sampingku. Seorang wanita cantik yang penampilannya masih sederhana.

“Sekarang ongkos metromini berapa ya, Mbak?” tanyanya. “Biasanya 3000 rupiah Mbak, tapi kalau yang lewat tol 3500.” Jawabku. “Oh, gitu ya! Maklum aku sudah lama tidak naik metromini.”katanya lagi.
Dari situ berawallah perbincangan kami. Namanya Teh Ina, seorang wirausahawati muda asal Bandung yang mengelola sebuah event organizer training ke berbagai perusahaan bersama tiga orang kawannya yang semuanya perempuan. Menurutnya, dia mengawali usahanya itu hanya dengan keberanian, tekad dan mental yang kuat. Modal memang perlu, tapi itu bukan yang utama, katanya. Soalnya banyak juga orang yang sudah punya modal yang cukup tapi bingung mau mengelola usaha apa. Darinya banyak ku dapat pelajaran entrepreneurship Cuma-Cuma. Bahkan dia juga menawariku untuk mempelajari websitenya, siapa tahu aku ada klik dan tertarik untuk join menjadi tim sales marketingnya. Hmm…boleh juga! Pikirku.  Tapi memang harus ku akui, harus ada niat dan tekad yang kuat untuk menekuni sebuah usaha. Artinya, harus benar-benar nyemplung dan jangan sekedar coba-coba. Waah…inii hal yang sangat sulit ku tanamkan. Bagaimana tidak? Sudah lama aku ngiler, ingin sekali bisnis jualan baju via on line. Sampai-sampai kursus membuat toko  online pun ku jalani. Tapi aku tidak sukses ijin resign dari pekerjaanku yang sekarang. Dari bulan Februari lalu aku minta resign sama si Bos. Tapi beliau malah mengulur-ngulur waktu, dengan alasan aku harus me nunggu sampai ada gantinya. Pernah ada Mbak Nunung dari Indramayu, tapi dia Cuma menginap satu malam saja, gara-gara salah jawab ketika di Tanya si Bos. Dia Cuma mau kerja sampai hari raya, sesudah itu tidak akan balik lagi. Itulah yang menjadi fatal. Si Bos maunya dia kerja lama, bukan Cuma sebentar tox. Akhirnya dia pun dikembalikan ke rumah Bu Biru. Sudah berkali-kali aku bilang mau keluar kerja, tapi jawaban si Bos sama saja, nanti kalau sudah ada gantinya. Haddoooh…rasanya ingin kabur saja kayak si Riko, tukang kebun yang pamit mau ngirim uang ke BRI tapi tidak pulang lagi, apalagi kalau tugas kuliahku numpuk dan si Bos masih nyuruh ini itu, ingin rasanya aku meliburkan diri dengan mengkorupsi pekerjaan, tapi tetap tidak bisa. Yang ada aku lembur demi menyelesaikan tugas kampus. Andaipun aku kabur begitu saja kayak dia, memang barang-barang dan buku kuliahku bisa ku angkut sekalgus? Tetap  saja tidak bisa. Akhirnya sampailah aku ke hari raya, saatnya orang mudik, itulah saat terbaik aku pamit pulang dan tidak akan  balik lagi. O ow…benarkah? Ternyata si Bos tidak melepaskanku begitu saja, dia tetap minta aku balik lagi seminggu sesudah lebaran, dengan alasan aku harus ngajari pegawai baru. Padahal, kalau dia ngambil pembantu yang berpengalaman itu tidak harus diajari lagi alias tinggal menyesuaikan diri dengan jadwal kerja dan situasi rumah. Tapi parahnya, aku yang tidak bisa debat ini, hanya bisa mengangguk-angguk sambil berseru trilili…lilililililili….Payah deh lho! Gimana Elo bisa maju kalo lo kayak kebo dicocok idung, Neeek!!!!????....

2 comments: